SALATIGA | KopiPagi : Posisi mahasiswa sekarang ini sangat sentral dalam perspektif sosiologi politik, pasalnya mahasiswa itu sangat istimewa sebagai seorang intelektual organik. Yang tidak hanya menimba ilmupp belaka namun juga berperan sebagai kontrol sosial dan dapat menjembatani kepentingan rakyat kepada negara.
Demikian ditegaskan Yesaya Tiluata dalam paparannya dihadapan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga di acara ‘Stadium General dan Rapat Kerja’ di Auditorium Ruang Teater Hasyim Asy’ari Lantai 2 UIN Salatiga, Jumat (17/03/2023).
“Dengan tema “Membangun karakter yang berintelektual menuju perubahan nyata berintegritas”, dan pokok bahasannya ‘Independensi Mahasiswa Dalam Pemilu 2024’. Independensi mahasiswa dalam Pemilu harus benar-benar bebas dari pengaruh partai politik dan kepentingan. Jangan sampai, mahasiswa terlalu mudah dikendalikan oleh pihak lain dan harus objektif dalam merumuskan pendapatnya. Selain itu, mahasiswa harus jujur dalam melihat realitas sosial dan supra struktur negara,” ujar Yesaya.
Menurut anggota Bawaslu Kota Salatiga ini, bahwa Pemilu 2024 mendatang potensi pemilih akan didominasi oleh kaum muda. Berdasarkan data BPS tahun 2021, ada 54 persen penduduk Indonesia yang didominasi oleh kaum milenial dan Gen Z serta dari hasil survey untuk partisipasi Pemilu 2024 akan diisi hampir 60 persen generasi Z dan milenial. Data daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) untuk Pemilu 2024 ada sebanyak 204.656.056 pemilih dan sampai sekarang ini masih berlangsung tahapan pencocokaan dan penelitian (Coklit) oleh KPU yang selanjutnya akan menjadi daftar pemilih tetap (DPT).
“Sebagai pemilih, mahasiswa harus memahami tugas dan fungsi lembaga penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu, dan DKPP). Serta dapat mengikuti perkembangan tahapan Pemilu yang telah diatur dalam Peraturan KPU Nomor 3 tahun 2022. Memahami juga akan larangan-larangan dalam kampanye yang intinya dimana peserta Pemilu dilarang melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan NKRI dan menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih,” katanya.
Ditambahkan, mahasiswa juga harus memiliki kesadaran kolektif untuk masuk DPT. Ikut partisipasi memberikan hak suara di TPS, ikut menjadi penyelenggara Pemilu, Pemantau Pemilu dan yang terpenting mahasiswa harus berani melapor jika terjadi dugaan pelanggaran Pemilu.
Nara sumber lain adalah Muhammad Chairul Huda (Dosen Fakultas Syariah dan Pasca Sarjana UIN Salatiga). Dan memaparkan materi “Moderisasi Beragama Gerakan Intelektual Mahasiswa di Era Post Truth“. Intinya, di era post truth ada kenaikan hoax di tahun politik dalam hal penyebaran informasi. Dimana angka pada Pemilu 2019 ada sekitar 1.221 informasi hoax dan 52 persen hoax dari jumlah tersebut adalah informasi terkait informasi politik. Sehingga di Pemilu 2024 jumlah tersebut sangat mungkin bisa bertambah. Acara General Stadium ini diiikuti 60 mahasiswa Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Salatiga dan dipandu langsung oleh Azril, mahasiswa UIN Salatiga yang juga pengurus DEMA UIN.*Kop.
Pewarta : Heru Santoso.