Connect with us

REGIONAL

Mahasiswa Kedokteran Unissula : Gadaikan Mobil Orangtua untuk Infak di NII

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Pengaruh paham dan ideologi radikalisme dikalangan mahasiswa semakin merisaukan karena gerakan mereka sangat militan dan berkembang sangat cepat di kalangan kelompok mahasiswa. 

Pendiri NII Crisis Center Center  Ken Setiawan mengatakan bahwa ada dua faktor yang membuat radikalisme masuk di lingkungan kampus. Pertama adalah minimnya sosialisasi kebangsaan akan bahaya radikalisme di kalangan mahasiswa dan kedua adalah lemahnya literasi mahasiswa terhadap kesadaran belajar dan sikap realistis di masyarakat.

“Banyaknya masyarakat, terutama kalangan mahasiswa yang terpapar paham radikalisme menjadi bukti bahwa penanggulangan radikalisme oleh pemerintah belum berjalan maksimal,” ujar Ken.

Adalah Fulan (Nama Samaran) merupakan contoh kasus anak yang berprestasi, merupakan mahasiswa kedokteran di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang Jawa Tengah. Fulan adalah anak dari keluarga seorang dokter yang dikuliahkan di kedokteran kelak diharapkan akan mengikuti jejak orang tuanya sebagai dokter.

Di awal kuliah Fulan beraktifitas normal seperti mahasiswa yang lain, tapi setelah semester tiga Fulan mulai ikutan kajian agama bersama teman-temanya yang akhirnya pulang sering terlambat, sering minta dana tapi tidak jelas penggunaanya, kadang tidak pulang seminggu, alasanya ada kegiatan bersama teman di kampus.

Ada hal yang membuat kaget adalah tiba-tiba ada telpon dari bengkel langganan orang tua Fulan yang menanyakan kalau mobilnya diambil atau tidak, sudah 2 bulan mobil digadaikan anak di bengkelnya.

Ternyata benar, setelah di cek orangtuanya bahwa mobil yang dibawa anaknya itu ternyata digadaikan di bengkel, padahal katanya anaknya tersebut sedang kegiatan di luar kota bersama teman-temannya.

Ketika di telepon anaknya tidak diangkat dan malah mengirim pesan pendek kalau bapak dan ibunya tidak usah khawatir, Fulan katanya baik-baik saja, nanti kalau misi selesai Fulan akan balik ke rumah.

Tapi namanya orang tua, ya pasti khawatir ketika anaknya pergi dari rumah. Akhirnya orang tuanya minta tolong ke saudaranya yang polisi untuk cek keberatan terakhir Fulan ada dimana, dan ternyata informasinya terkahir ada di Sulawesi.

Orang tua Fulan akhirnya browsing dan mendapatkan nomer hotline NII Crisis Center lalu menghubungi dan menceritakan kejadian yang menimpa anaknya.

Berbekal informasi dari keluarga, pihak NII Crisis Center melakukan investigasi ke jaringan internal NII, terutama dari korban NII yang baru keluar, dan informasinya tidak lama lagi Fulan akan kembali karena ada program NII melakukan kaderisasi di beberapa kampus di Sulawesi.

Ternyata benar, tidak sampai satu minggu Fulan kembali ke rumah dan diajak dialog dengan tim NII Crisis Center dan Fulan mengaku kalau dana gadai mobil itu dipergunakan untuk infak dan kegiatan di NII.

Akhirnya setelah berdialog panjang, Fulan menyatakan berhenti dari NII dan kembali melanjutkan kuliah lagi, Fulan memberikan nama-nama perekrut dan orang yang sudah direkrut olehnya agar ditangani oleh tim NII Crisis Center.

Ken Setiawan menyebut kisah Fulan adalah satu dari ribuan kasus yang menimpa para mahasiswa yang terpapar NII, mereka bergerak cepat seperti virus di masyarakat, Jika negara masih abai maka dipastikan korban akan semakin banyak berjatuhan. *Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *