Connect with us

HUKRIM

Ken Setiawan : Densus 88 Anti Teror Tangkap 5 Teroris, Diantaranya Guru SD

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri berhasil mengamankan lima warga di dua tempat yang berbeda di kota Palu dan Kabupaten Sigi terkait terorisme. Satu terduga di antaranya merupakan guru sekolah dasar (SD).

 Dalam penggeledahannya, Densus 88 beberapa barang bukti di amankan Polisi baik di Jalan Masumpanga, Desa tinggede, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi dan Jalan Malonda, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Kamis (16/03/2023).

Salah seorang yang ditangkap adalah inisial R yang merupakan guru sekolah dasar di Kabupaten Sigi. Dari hasil penggeledahan dirumah R, Densus 88 mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya 3 unit handphone, 2 laptop, serta buku buku kajian yang mengajarkan paham radikal.

Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan mengatakan bahwa virus intoleransi radikalisme dan terorisme itu bisa menimpa siapa saja, tidak pandang usia, pendidikan dan profesi, semua orang bisa terpapar.

“Bukan hanya guru, banyak ASN di pemerintahan yang juga terpapar. Bahkan, aparat TNI dan Polri juga ada yang terpapar karena belajar agama dengan guru yang salah,” jelas Ken.

Mereka kelompok radikal selalu membenturkan antara agama dengan negara, bahwa mereka menganggap negara kita tidak menetapkan hukum Islam sebagai sumber dari segala sumber hokum, padahal umat Islam mayoritas, maka siapapun pemimpinnya jika bukan dari kelompok mereka maka akan terus diperangi.

Maka dari itu aparat diharapkan meningkatkan kewaspadaan jelang Pilpres 2024 karena kelompok radikal yakin setelah khilafah runtuh 1924 dan mereka yakin akan bangkit kembali setelah satu abad yaitu tahun 2024.

Mereka akan mencoba masuk lewat konstitusi dengan mengusung capres idolanya, jika gagal maka upaya kudeta menjadi opsi kedua, seperti yang terjadi pada kasus kudeta FETO tahun 2016 di Turki.

Masyarakat Turki tahun 2016 di provokasi oleh ulama Radikal Feto di Turki, bahwa Turki itu 99,9 persen beragama Islam, tapi sistem yang diberlakukan adalah sekuler, mereka juga memprovokasi pejabat dan aparat sehingga terjadilah upaya kudeta ditahun   itu.

Di Indonesia model pemikiran Feto sudah di copy paste, bahkan banyak organisasi yang dibiayai Feto banyak sekali masuk lewat pendidikan, kegiatan sosial, bahkan partai politik.

Masyarakat, kata Ken, harap waspada dan aparat juga meningkatkan mitigasi dengan melakukan pencegahan sedini mungkin, jangan sampai 2024 kelompok radikal berhasil menghacurkan Indonesia atas nama agama. Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *