Connect with us

NASIONAL

Kemenkes : Minta Masyarakat Waspadai Gejala Cacar Monyet (Monkeypox)

Published

on

Penyakit Cacar Monyet (Monkeypox) Masuk ke Puluhan Negara non Endemik

JAKARTA | KopiPagi : Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menerbitkan surat edaran (SE) yang meminta masyarakat mewaspadai penyakit cacar monyet (monkeypox). Monkeypox adalah penyakit virus zoonosis (virus ditularkan dari hewan ke manusia) yang dapat sembuh sendiri. Penyakit itu disebabkan oleh virus monkeypox yang umumnya ditemui di Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2 hingga 4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian (tingkat kematian 3-6 %).

Berikut Gejala Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai yakni :

  • Sakit kepala
  • Demam akut di atas 38,5 derajat celcius
  • Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
  • Nyeri otot/Myalgia
  • Sakit punggung
  • Asthenia (kelemahan tubuh).

Seseorang di negara non endemis yang mengalami satu atau lebih dari gejala tersebut, dengan disertai ruam akut (papula, vesikel dan/atau pustula) yang tidak bisa dijelaskan, dikategorikan sebagai suspek berdasarkan definisi operasional Monkeypox yang dikeluarkan organisasi kesehatan dunia WHO.

Pada seseorang yang bertstaus suspek, penyebab ruam akut bukan disebabkan oleh daftar penyakit berikut :

  • campak
  • herpes zoster
  • zika
  • dengue
  • chikungunya
  • herpes simpleks
  • infeksi kulit bakteri
  • infeksi gonococcus diseminata
  • sifilis primer atau sekunder
  • hancroid
  • limfogranuloma venereum
  • granuloma inguinale
  • moluskum kontagiosum
  • reaksi alergi (misalnya, terhadap tanaman) dan penyebab umum lainnya yang relevan secara lokal dari ruam papular atau vesicular.

Pastikan Masak Daging Hingga Matang

Penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox saat ini menjadi perhatian di semua negara. Pasalnya, Cacar Monyet ini telah masuk ke puluhan negara non endemik di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) pun sampai saat ini masih melakukan penelitian tentang penyebaran penyakit yang menyerang kulit ini.

Agar penyebarannya yang masif WHO baru-baru ini merilis panduan terkait cara mencegah agar cacar monyet, tidak menyebar ke lebih banyak negara di dunia.

Begijilah korban Cacar Monyet. Ist.

Pihaknya meminta negara-negara di dunia untuk mewaspadai gejala cacar monyet yang timbul pada pasien. Terutama, jika mereka mengalami ruam yang secara bertahap berubah menjadi koreng dan bisa menyebar ke area tubuh seperti wajah, tangan, dan area lainnya.

Selain itu, pasien yang dicurigai terkena cacar monyet mungkin mengeluhkan gejala seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot atau kelelahan.

WHO menyampaikan bahwa tindakan cepat untuk menangani hal ini harus fokus pada hal-hal berikut:

1.Memberikan informasi yang akurat kepada mereka yang mungkin paling berisiko terkena cacar monyet

2.Menghentikan penyebaran lebih lanjut di antara kelompok berisiko

3.Melindungi petugas pelayanan kesehatan

“Meningkatkan kesadaran di antara masyarakat yang berpotensi terkena dampak, serta penyedia layanan kesehatan dan pekerja laboratorium, sangat penting untuk mengidentifikasi dan mencegah kasus lebih lanjut,” kata WHO dalam keterangan resminya, Minggu (29/05/2022).

Guna mencegah penyebaran cacar monyet, WHO menyarankan semua individu yang dicurigai terpapar harus menjalani pemeriksaan. Apabila pasien terkonfirmasi cacar monyet, perlu diisolasi sampai lesinya mengeras, keropengnya terlepas dan lapisan kulit baru terbentuk di bawahnya.

“Isolasi dapat dilakukan di fasilitas perawatan kesehatan atau di rumah, asalkan individu yang terinfeksi dapat diisolasi dan dirawat dengan tepat. Semua upaya harus dilakukan untuk menghindari stigmatisasi yang tidak perlu terhadap individu dan komunitas yang berpotensi terkena cacar monyet,” lanjut WHO.

Kemudian, penguatan laboratorium di negara-negara endemik harus diprioritaskan untuk memeriksa semua spesimen dari suspek cacar monyet. Saat ini, investigasi wabah pun sedang berlangsung di negara-negara yang telah mengidentifikasi kasus.

Beberapa upaya yang dilakukan antara lain penemuan kasus ekstensif, pelacakan kontak, penyelidikan laboratorium, manajemen klinis serta isolasi.

“Ini adalah pendekatan yang direkomendasikan WHO untuk menahan penyebaran lebih lanjut,” imbuhnya.

Untuk mencegah cacar monyet, masyarakat diimbau agar memastikan memasak daging dengan matang, karena ada kemungkinan penularan dari produk makanan yang sudah terpapar.

Penduduk maupun wisatawan di negara endemik cacar monyet disarankan untuk menghindari kontak dengan mamalia yang sakit seperti hewan pengerat, marsupial, primata non-manusia (mati atau hidup).

Cacar Monyet Teridentifikasi di 23 Negara non Endemilk

Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan), dengan gejala yang sangat mirip pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah.

Penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae.

Sejak 13 Mei 2022, penyakit Cacar Monyet sudah teridentifikasi di 23 negara non endemik seperti:

1.Argentina 1 kasus suspek

2.Kanada 26 kasus konfirmasi dan 25 sampai 35 suspek

3.Guyana Prancis (French Guiana) 2 suspek

4.Amerika Serikat 10 kasus konfirmasi

5.Uni Emirat Arab 1 kasus konfirmasi

6.Sudan 1 kasus suspek

7.Austria 1 kasus konfirmasi

8.Belgia 3 kasus konfirmasi dan 3 suspek

9.Czechia 2 kasus konfirmasi dan 1 suspek

10.Denmark 2 kasus konfirmasi

11.Finlandia 1 kasus konfirmasi

12.Perancis 7 kasus konfirmasi

13.Jerman 5 kasus konfirmasi

14.Israel 1 kasus konfirmasi

15.Italia 4 kasus konfirmasi

16.Belanda 12 kasus konfirmasi dan lebih dari 20 suspek

17.Portugal 49 kasus konfirmasi

18.Slovenia 2 kasus konfirmasi

19.Spanyol 20 kasus konfirmasi dan 64 suspek

20.Swedia 2 kasus konfirmasi

21.Switzerland 1 kasus konfirmasi

22.Britania Raya dan Irlandia Utara 106 kasus konfirmasi

23.Australia 2 kasus konfirmasi

Kendati demikian, WHO masih belum mengetahui secara pasti bagaimana awal penyebaran virus tersebut. Sehingga, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi reservoir maupun cara ia bertahan di alam.

“Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur,” terang WHO.

Adapun masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.

Penderita Cacar Monyet.

Beberapa kasus juga dilaporkan teridentifikasi di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) atau gay. Namun, WHO telah menegaskan bahwa penyakit ini bisa dialami siapa pun yang telah berkontak fisik dengan pasien.

Lantaran lesi cacar monyet biasanya terjadi pada kulit di banyak atau semua bagian tubuh serta di mulut, ada risiko tinggi penyebaran virus melalui kontak fisik dekat dalam keluarga maupun dengan pasangan.

Umumnya penyakit tersebut bisa sembuh sendiri, tetapi kemungkinan kekebalan terhadap cacar monyet lebih rendah bagi orang di negara non endemik. Sebab, virus sebelumnya tidak diidentifikasi pada populasi ini.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan, ada dua clade atau nenek moyang virus monkeypox yakni clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Clade di Kongo tampaknya lebih sering menyebabkan penyakit parah dengan rasio fatalitas kasus (CFR) hingga sekitar 10 persen.

WHO mencatat, vaksin cacar dan obat tecovirimat telah disetujui penggunaannya untuk cacar monyet di berbagai negara, sejak tahun 2019 hingga sekarang. Sayangnya, upaya pencegahan cacar monyet dengan vaksin belum tersedia secara luas di sebagian besar negara, bahkan sama sekali tidak ada di beberapa negara.

” WHO telah mengumpulkan para ahli untuk meninjau data terbaru tentang vaksin cacar dan cacar monyet, dan untuk memberikan panduan tentang bagaimana dan dalam keadaan apa mereka harus digunakan,” ungkap mereka.

Risiko Cacar Monyet Global Kategori Sedang

Sejauh ini WHO menilai bahwa risiko cacar monyet pada tingkat global termasuk kategori “sedang,” mengingat penyakit ini mulai mewabah di luar Afrika Barat atau Tengah.

Dilihat dari banyaknya kasus di berbagai negara, menunjukkan bahwa penularan manusia ke manusia sudah berlangsung, dan virus mungkin telah beredar selama beberapa minggu atau bahkan lebih dari itu.

Ada pula potensi dampak kesehatan yang lebih besar dengan penyebaran lebih luas pada kelompok rentan. Pasalnya kematian di antara kasus-kasus dalam wabah yang sebelumnya dilaporkan, kerap terjadi pada anak-anak, dan individu dengan gangguan kekebalan termasuk orang dengan HIV.

Sementara ini, pelacakan kontak adalah langkah kunci kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penyebaran patogen penyakit menular seperti virus cacar monyet.

Hal tersebut dapat meminimalkan penularan, serta membantu orang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah untuk lebih cepat mengidentifikasi kemungkinan terpapar.

Sehingga status kesehatan mereka dapat dipantau, dan dapat mencari perawatan medis lebih cepat jika menunjukkan gejala.

Perawatan medis lebih cepat jika menunjukkan gejala.

Sehingga status kesehatan mereka dapat dipantau, dan dapat mencari. *Cnbc/Bjp/Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *