Connect with us

BIVEST

Dukung Ketahanan Pangan 2045 : GBN Tanam Nanas 600 Ha di Majalengka

Published

on

KopiPagi | JAKARTA : Garda Biokonversi Nusantara (GBN) mendukung penuh cita-cita Presiden Joko Widodo untuk mencapai ketahanan pangan 2045. Wujud nyatanya, organisasi yang berkiprah pada pertanian tersebut menanam nanas untuk komoditas ekspor di Palasah, Majalengka, Jawa Barat.

“’Kami menanam nanas 600 hektar. Mudah-mudahan dapat mendukung Presiden Joko Widodo dalam mewujudkan ketahanan pangan,’’ kata Ketua Umum GBN Johny Tarigan kepada koranpagionline.com, Kamis (25/03/2021) malam.

Ketua Umum GBN Johny Tarigan turun langsung ke lahan Nanas Mahkota.

Sampai saat ini, Indonesia merupakan produsen nanas terbesar kesembilan di dunia. Produksi dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Pada tahun 2019 lau, produksi nanas Indonesia mencapai 2, 196 juta ton. Pada tahun sebelumnya, nanas berkontribusi 82 persen dari total buah ekspor Indonesia. Nilainya, mencapai 3,3 triliun. ‘’Jadi, nanas ini merupakan komoditas buah unggulan ekspor dari Indonesia,’’ cetus Johny.

Menurut Johny, Indonesia mengekspor nanas ke 76 negara. Mulai dari negara-negara di Asia seperti Jepang, Hong Kong, Korea, Taiwan, China, Singapura, Malaysia, Brunei, Vietnam, India, Pakistan, Srilanka, Iran, Timur Tengah, hingga ke negara-negara Eropa, Amerika,  dan Australia.

“’Ini peluang yang menjanjikan di tengah gencarnya program ketahanan pangan,’’ tegasnya.
Johny memaparkan, dalam budidaya nanas yang dilakukan GBN, satu hektar lahan ditanami 40 ribu tunas nanas. Hasilnya, diestimasikan mencapai 21 ton per hektar.

Para pekerja pertanian sedeang membersihkan rumput liar di lahan tanaman Nanas.

Dalam lahan yang sama, GBN juga menanam cabai dengan model tumpangsari. Sehingga, sambil menunggu panen nanas, telah dapat memanen cabai terlebih dahulu. ‘’Untuk cabai ini, kami estimasi dapat menghasilkan 14 ton perhektar,’’ terangnya.

Mantan profesional yang malang melintang di industri information technology (IT) itu melanjutkan, dalam melakukan budidaya nanas dan cabai, lanjut Johny, menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Untuk organik, menggunakan jerami yang dibakar dan pupuk hayati biokonversi. Sementara, untuk pupuk anorganik menggunakan NPK, KCl, nitrea, dan hipagro.

“Harapanya, hasilnya optimal,” pungkasnya.

Tanaman tumpangsari cabe di lahan Nanas.

Dalam kesempatan yang sama, Dewan Pengawas GBN Nur Budi Hariyanto menyatakan, penggunaan pupuk hayati dalam budidaya nanas untuk menjaga kelestarian tanah. Harapannya, daya dukung tanah untuk produksi tanaman pangan, termasuk tananam holtikultura  dapat bertahan lama.’’Kami ingin kelestarian tanah untuk alat produksi tananam pangan, holtikultura dapat langgeng dan lestari,’ ujarnya.

Nur Budi menegaskan, GBN mengupayakan penggunaan pupuk hayati seluas-luasnya untuk mendukung gerakan ketahanan pangan. Dengan demikian, daya dukung tanah dapat terjaga dengan model biokonversi.

“Ini telah menjadi trend global. Kelestarian alam hayati menjadi pertimbangan dalam pengelolaan tanah,” tandasnya. *Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *