Connect with us

RAGAM

Nguri-uri Tradisi : Sungkeman Keluarga Mbah Arjo Siswoyo & Mbah Sri Wiyono

Published

on

KEBUMEN | KopiPagi : Sungkeman atau sungkem usai melaksanakan ibadah sholat idul fitri menjadi tradisi yang sering kali ditemui di masyarakat. Tradisi yang satu ini kerap dilakukan oleh pihak keluarga yang lebih muda kepada pihak keluarga yang lebih tua atau yang dituakan.

Hal ini dilakukan untuk menunjukkan tanda bakti dan rasa terima kasih atas bimbingan dari lahir sampai dewasa. Lalu bagaimana dasar hukum sungkeman, mari kita simak dari sisi hukum Islam dan tradisi.

Tradisi sungkeman

Sungkem biasanya diawali dengan memprersilahkan anggota keluarga yang lebih tua untuk menempati tempat duduk yang nyaman, kemudian satu persatu anggota keluarga yang lebih muda mulai jongkok dan mencium tangan keluarga yang lebih tua.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh Keluarga Besar Mbah Arjo Siswoyo, warga Dukuh Lokidang. Selanjutnya Putro wayah Mbah Arjo Siswoyo silaturahmi Rumah Mbah Sri Wiyono yang berada di Dukuh Kali Kudu  Kelurahan Kali Gending, Kecamatan Karang Sambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

Dalam setiap tahunnya, pada Hari Raya Idul Fitri keluarga Mbah Arjo Siswoyo menggelar acara sungkeman, dari anak hingga buyut berkumpul jadi satu.

Terlebih di Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah ini, setelah selama kurang lebih 3 tahun tidak bisa bertemu muka akibat Covid-19, toh akhirnya keluarga besar Mbah Arjo Siswoyo kembali berkumpul bersama dengan penuh haru, dan tangisan bahagia bersama, setelah menahan rindu mendalam.

Tradisi sungkem yang masih dipertahankan.

Dalam kesempatan tersebut Mbah Arjo Siswoyo mengatakan, ”Alhamdulillah…. 3 tahun menanti kedatangan anak-anak, cucu-cucu dan buyut-buyut saya terwujud juga di Lebaran tahun ini (Idul Fitri 1443 H,red). Selesai  Sholat Idul Fitri di Masjid Baiturohman yang ada di Dukuh Lokidang, Kelurahan Totogan, Kecamatan Karangsambung, Kebumen,  ngumpul bareng di rumah, dan kemudian kerumah anak-anak saya yang lain. Dan ini sudah menjadi tradisi keluarga kami,” ujar Mbah Arjo.

Lebih lanjut Mbah Wiyono berpesan,”Dalam kesempatan ini saya mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah dengan adanya silaturahmi momen yang langka setelah 3 tahun tidak bisa berbuat apa-apa, dan intinya sangat membahagiakan  semoga tetep terjaga dengan baik setiap regenerasi,” harapnya.

Dan sungkeman adalah tradisi leluhur yang sudah selayaknya dilestarikan. Dengan demikian maka disimpulkan, sungkeman sebagai tradisi yang baik dan bukan yang dilarang, bahkan melestarikan tradisi adalah wujud pengamalan dari sabda Nabi tentang anjuran beretika baik kepada sesama. *Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *