Connect with us

KANDIDAT

Meila Fatma Herryani SH : Ingin Jadi Pengacara Berintegritas & Profesional

Published

on

KopiPagi | SALATIGA: Berawal suka melihat atau menonton film yang menceritakan sosok pengacara serta didukung dari kerjanya menjadi marketing bisnis network di Jakarta, akhirnya menjadikan Meila Fatma Herryani SH berkutat dan berkecimpung serta menekuni ‘dunia pengacara’, bahkan niatan menjadi pengacara ini juga mendapat dukungan penuh dari Pandu, sang suami beserta keluarga besarnya.

“Saya ini banyak dikatakan jika anaknya cerewet dan kata banyak orang maupun saudara serta kedua orangtuanya, katanya cocok untuk menjadi Pengacara. Dari suka melihat film yang melibatkan sosok dan peran pengacara, akhirnya ini menjadi keterusan. Setelah lulus SMA, akhirnya pilihan utama melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum (FH) UKSW Salatiga. Masa-masa kuliah ini pun, saya masih suka dengan bisnis marketing hingga lulus kuliah dan menyandang gelar Sarjana Hukum (SH),” ujar Meila Fatma Herryani SH mengawali perbincangannya dengan  koranpagionline.com, Minggu (15/08/2021).

Alumi SMP Kristen 2 Salatiga ini juga menceritakan, bahwa menekuni bidang marketing atau pemasaran telah dijalani puluhan tahun. Dari sini, akhirnya ‘cita-cita’ menjadi pengacara bakal terwujud karena kerja pengacara tidak jauh dengan bisnis marketing. Selain itu, juga berhadapan dengan banyak orang dari berbagai status dan profesi. Menjadi marketing banyak ditekuni di Jakarta dan saat memutuskan balik ke Kota Salatiga akhirnya ‘magang’ di Kantor Pengacara Heru Wismanto SH & Partner. Kemudian berjalannya waktu, bertemulah dengan DR Marthen H Toelle SH MH dan akhirnya menjadi partner dalam menangani berbagai kasus atau perkara.

“Pada prinsipnya, saya sebagai pengacara yang baru harus siap untuk menerima berbagai masukan dari para seniornya. Saya sendiri berkeinginan untuk dapat menjadi pengacara yang berintegritas, tanggungjawab serta profesional. Hal ini memang diakuinya berat, namun dengan banyak belajar dan mau menerima masukan dari para senior saya, saya punya keyakinan pasti akan bisa melakukannya. Bukan hanya menerima masukan, namun saya juga belajar dari berbagai buku bacaan terkait dengan masalah hukum. Ini salah satu yang memacu saya untuk tetap konsentrasi pada pembelaan masyarakat atau menjadi pengacara,” jelas Meila yang sering juga dipanggil Meila Poyo Bensch, yang merupakan anak nomor 9 dari 12 bersaudara.

Perempuan yang dilahirkan pada 16 Mei 1981 yang kini masih melanjutkan kuliahnya di Magister Hukum Bisnis UKSW menambahkan, bahwa salah satu tantangan dalam menjadi pengacara adalah bagaimana dapat menyelesaikan permasalahan hukum baik yang masuk “non litigasi” ataupun “litigasi”. Dan kedua-duanya itu, penuh tantangan dalam perjalanannya. Bahkan, ibu dari dua anak ini, mengaku tidak mau untuk menjanjikan kepada kliennya jika menangani kasus yang dibelanya.

“Menjadi pengacara seperti sekarang ini, saya harus punya prinsip. Pasalnya, dengan memegang suatu prinsip, saya yakin dan percaya dengan apa yang saya kerjakan akan membuah hasil yang masimal dan sesuai yang saya harapkan pula. Dan, meski nanti sudah lulus dari Magister Hukum di UKSW, saya tetap tidak akan meninggalkan masukan dari para seniornya. Selama ini, banyak diakui mendapat masukan dari pengacara senior di Kota Salatiga seperti Bu Maya, Pak Heru Wismanto, Pak Komarudin, Pak Sutopo, Om Benny Kailola maupun Om Marthen Toelle. Masukan mereka ternyata memacu saya untuk semakin tekun dalam menjalani sebagai pengacara atau advokat,” tandas Meila, yang tinggal di Jalan Nanggulan No 31 Kota Salatiga. ***

Pewarta : Heru Santoso.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *