Connect with us

BIVEST

Kopi ‘Bima’ Tersedia di 2.000 Warung – Toko di Kab Semarang & Salatiga

Published

on

KopiPagi | UNGARAN : Meski boleh dibilang masih muda dalam “bermain” olahan kopi, namun niat dan naluri bisnis dari sosok lelaki mantan Kepala Dusun (Kadus) ini layak diacungi jempol dan mendapat apresiasi, pasalnya bisnis yang digelutinya dengan memproduksi kopi masih sangat muda yaitu baru kurang lebih 1 tahun dan kopi hasil olahannya diberikan nama Kopi ‘Bima’.

 

Dialah Subarno (39) warga Dusun Kalimalang RT 01 RW 06, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang yang dengan gigihnya mengolah ‘kopi robusta’ khas dari Pegunungan Kelir, Jambu ini menjadi lahan bisnisnya yang baru. Dengan brand Kopi ‘Bima’ yang diproduksinya dengan beberapa karyawan ini, kini pemasarannya sudah merambah di sejumlah daerah di Jawa Tengah.

 

Untuk mempercepat produk olahan Kopi ‘Bima’ ini diketahui masyarakat luas, Subarno berani melangkah dengan dibantu empat orang ‘sales’ motoris (tenaga pejualan//pemasaran). Mereka ini memasarkan Kopi ‘Bima’ di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Produk yang diolah dan dijual dipasaran yang dikemas mulai ukuran 50 gram, 200 gram, 500 gram dan 1 kilogram. Selain itu, khusus untuk para ‘Reseller’ disediakan dalam ukuran 500 gram dan 1 Kg dengan kemasan hitam diberikan kode ‘Premium’.

 

“Harga jual dari kemasan terkecil hingga kemasan 1 Kg berkisar Rp 5.000 – Rp Rp 69.000. Dan khusus kemasan 200 gram ada dua varian yaitu kemasan plastik bening dijual Rp 16.000 dan kemasan plastik hitam dijual Rp 19.000. Kemudian, kemasan 500 gram khusus ‘reseller’ dijual dengan harga Rp 35.000 dan kemasan 1 Kg dijual Rp 69.000. Untuk ‘reseller’ ini lebih banyak melayani permintaan dari luar kota diantaranya dari Magelang, Temanggung, Jawa Timur, Jawa Barat maupun Sumatera dan khusus kemasan 500 gram dan 1 Kg,” ujar Barno, demikian panggilan akrabnya ketika ditemui koranpagionline.com, Kamis (11/02/2021).

 

Subarno menunjukkan kopi hasil olahannya/produksinya dengan nama Kopi ‘Bima’. (Foto Heru Santoso)

Selama kurang lebih satu tahun menggeluti usahanya ini, omset yang didapatkan setiap bulannya mencapai Rp 20 juta – Rp 25 juta. Dengan Kopi ‘Bima’ yang sudah dikemas dalam plastik bening dan hitam ini, secepatnya akan ditambah produk yang dikemas secara ‘sachet’ yang hingga kini masih dalam proses.

 

Bapak empat anak ini kemudian menceritakan, sebelum memulai usaha olahan kopi ini, sempat bekerja menjadi sales suatu produk kerajian asal Jambu di daerah Sumatera. Beberapa tahun kemudian, keluar dan kembali ke kampung halaman. Di kampung halamannya ini, kemudian menjadi Kepala Dusun (Kadus) Kalimalang, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu. Lalu, mengundurkan diri dari kadus dan memutuskan untuk memulai usaha produksi kopi olahan ini.   

 

“Awalnya saya memang tidak terbersit sedikitpun untuk memiliki usaha sendiri produk olahan kopi ini. Namun, setelah melihat perkembangan dengan melimpahnya bahan baku kopi asal Pegunungan Kelir di wilayah Jambu ini akhirnya muncul niat untuk memproduksi kopi olahan. Kopi asli Pegunungan Kelir ini lebih banyak dari jenis Robusta dan banyak produk olahan kopi dari luar Jambu, Kabupaten Semarang justru menggunakan kopi Pegunungan Kelir ini menjadi produknya. Dari sini, akhirnya keseriusan saya dan keluarga untuk memproduksi kopi olahan sendiri ini,” ujarnya.

 

Produk olahan kopinya ini, kemudian diberi nama/brand Kopi ‘Bima’. Nama ‘Bima’ ini diambilkan dari nama anaknya yang nomor tiga. Kata ‘Kelir’ diambil dari pewayangan dan mengambil Werkudara. Kemudian disandingkan nama Bima. Itulah ceritanya mengapa memberinya nama Kopi ‘Bima’ dalam produk olahan kopi ini dan ada gambar wayangnya.

 

Dengan delapan karyawan di rumah produksinya serta empat orang tenaga ‘sales’ yang dimilikinya, sampai sekarang Kopi ‘Bima’ sudah ada atau tersedia di kurang lebih 2.000 titik warung di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Tiga orang sales memasarkannya di 19 kecamatan wilayah Kabupaten Semarang dan satu orang sales khusus pemasaran di 4 kecamatan wilayah Kota Salatiga. Untuk sementara ini, strategi yang digunakan dalam pemasaran di warung-warung atau toko ini dengan cara ‘konsinyasi’.

 

Produk olahan Kopi ‘Bima’ dalam kemasan plastik bening dan plastik hitam. (Foto Heru Santoso)

Menurut suami dari Yusnita Lubis (34) ini, bahwa di wilayah Kecamatan Jambu ini, kopi yang dihasilkan para petani mencapai kurang lebih 1.200 ton. Namun, yang baru diolah sendiri oleh masyarakat Jambu masih berkisar 100 ton. Hal ini yang juga menjadi dasarnya untuk berani menentukan langkah memproduksi kopi olahan asli Pegunungan Kelir, Jambu yang memang melimpah hasilnya. Sebagian besar kopi ini dari jenis Robusta, karena sesuai dengan daerahnya yang tinggi.

 

“Selain dari kopi panenan sendiri dari keluarga besarnya, saya juga membeli kopi para petani dengan harga diatas harga pengepul. Untuk memenuhi produksi itu sangat tidak mungkin terpenuhi dari panenannya sendiri. Kopi asli Pegunungan Kelir ini sebagian besar dari jenis Robusta dan untuk jenis Arabica sangat jarang dan hanya sedikit saja. Untuk panen kopi ini, dilakukannya satu tahun sekali. Target jangka panjangnya, Kopi ‘Bima’ ini mengarah pada industry, untuk itu merk/brand sengaja ditonjolkan. Bahkan, sebagaian dari labanya sengaja untuk pengembangan brand dalam bentuk penyediaan ‘kaos maupun topi’,” terang Kepala Unit BUMDesma Kecamatan Jambu (Unit Usaha Kopi).

 

Sebelum mengakhiri perbincangannya dengan  koranpagionlinee.com, Subarno menandaskan, bahwa dirinya juga siap belajar bersama dengan para pelaku UMKM khususnya para pemula. Bukan hanya pengembangan produksi olahan kopi namun segala macam produk olahan. Diantaranya Kripik Nangka, Kripik Pisang maupun ‘Pejetan’ Ketela. Untuk pengembangan produk olahan tersebut, khususnya para pelaku UMKM di Kecamatan Jambu kendalanya apa pada pribadinya masing-masing, tidak konsentrasi secara khusus bahkan usahanya dilakukan hanya secara sambilan.

 

“Dari 35 pengusaha produk olahan kopi yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Kopi Kecamatan Jambu, hanya Kopi ‘Bima’ yang memiliki tenaga ‘sales’. Pihaknya sangat berharap, pengusaha yang lain pun dapat mengembangkan sayapnya dengan memiliki tenaga pemasaran. Sehingga, ke depan Kopi asli Pegunungan Kelir, Jambu ini semakin dicari dan semakin mendunia bahkan dapat mempunyai industri kopi tersendiri,” tandasnya. ***

 

Pewarta : Heru Santoso.  

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *