Connect with us

LIFE

KKPB Kembali Kunjungi Ibu Yusmainar yang Sudah 10 Tahun Lumpuh

Published

on

KopiPagi | PASBAR : Decky H Sahputra Ketua KolaborAksi Kemanusiaan Pasaman Barat (KKPB) yang menaungi beberapa lembaga kemanusiaan di Pasaman Barat, begitu mendapat informasi dari salah seorang Relawan Kemanusiaan Pasbar tentang keberadaan kehidupan seorang ibu yang sudah lumpuh selama 10 tahun di kampung Rimbo Jao, Gang Sakato Batang Toman kecamatan Pasaman Minggu (25/04/2021) langsung menuju lokasi.

Menurut Decky, ia mendapatkan Informasi tentang kondisi ibu Yusmainar (46) dari seorang relawan. Meskipun harus berjalan kaki sejauh lebih kurang 1 Km menuju rumah ibu Yusmaniar,  sebab hanya jalan tanah itu yang bisa dilalui dengan sepeda motor atau jalan kaki.

Seperti yang diceritakan Decky pada koranpagionline.com, lokasi rumah yang ditempati ibu Yusmainar ini terpencil, jauh dari pemukiman dan tidak ada aliran listrik. Sehingga untuk penerangan penghuni rumah ini hanya menggunakan lampu minyak dari botol kecil yang diberi sumbu kain. Sebab, lampu teplok yang pakai semprong pun memang tidak ada.

“Jadi, saya teringat cerita orang-orang tua kita dulu bahwa penerangan yang dipakai oleh masyarakat pedesaan tempo doeloe hanya lampu teplok karena masa itu memang belum ada listrik,” ungkap Decky.

Ditambahkannya, di dalami ruangan kecil pada teras yang diberi dinding, separuh papan dan separuh kawat, di situlah ibu Yusmainar terbaring beralaskan kasur tipis dengan tikar yang sudah lusuh.

Berdasarkan cerita dari keluarganya, ibu Yusmainar mengalami kelumpuhan setelah melahirkan anak ke-5 seorang putri yang sekarang duduk di bangku SMP.

Menurut mereka, pada masa kehamilan putri bungsunya itu, ibu Yusmainar tidak mau makan selama 3 bulan, sehingga menyebabkan penyakit maag. Entah bagaimana ceritanya, lama kelamaan penyakitnya itu bisa menyebabkan gangguan pada saraf motorik kakinya, sehingga sulit untuk berjalan, akhirnya beliau lumpuh dan hanya bisa berbaring.

Di rumah itu, ibu Yusmainar dirawat oleh anak sulungnya, Salmi (27) yang sudah berkeluarga dan punya satu anak. Namun beberapa tahun lalu suaminya pergi meninggalkannya dan sudah menikah lagi. Salmi sehari-harinya hanya bekerja sebagai buruh panen sawit dan mengumpulkan berondolan sawit untuk menghidupi ibu dan anaknya serta adik-adiknya.

Decky melanjutkan, kondisi rumah mereka pun cukup memprihatinkan hanya berlantaikan semen yang sudah pecah-pecah tanpa ada tikar. ” Sangat sederhana,” terangnya.

Dikatakan Decky, menurut Salmi mereka tidak pernah menerima bantuan apapun dari program pemerintah. Barangkali karena rumahnya yang terpencil itu sehingga mereka selalu luput dari perhatian petugas pendataan.

Untuk meringankan beban mereka, sementara ini MRPB Peduli/KolaborAksi Kemanusiaan Pasaman Barat – KKPB hanya menyerahkan bantuan kepada anaknya, Salmi dana ala kadarnya sebesar Rp 400.000.

Pada kesempatan itu Decky juga menghimbau kepada para dermawan yang ingin ikut berkontribusi sebagai Donatur  dalam Gerakan Sosial Kemanusiaan ini, dapat menyalurkan infaknya melalui rekening MRPB PEDULI di BRI, No. Rekening 0615-01-008410-53-1.

“Bersama Kita Bisa, sebab Berbagi Tak Pernah Rugi, mari peduli melalui KolaborAksi Kemanusiaan Pasaman Barat yang didukung oleh MRPB PEDULI, Majelis Mujahidin, Laskar Mujahidin, World Human Care (WHC), PPS Bundo Kanduang, Yayasan UmmahatInayah, Pemuda Pancasila dan puluhan lembaga Kemanusiaan Pasbar lainnya,” ajak Decky mengakhiri. ***

Pewarta : Zoelnasti.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *