Connect with us

LIFE

Kisah Yani, 10 Tahun Tekuni Jualan “Jamu Gendong” dengan Jalan Kaki

Published

on

KopiPagi UNGARAN : Minuman “Jamu Gendong” itu merupakan minuman tradisionil nusantara dan jamu itu telah diyakini masyarakat jika merupakan obat tradisionil yang banyak manfaatnya bahkan beraneka jenis ramuan selalu ada, baik yang berasa manis maupun pahit atau yang lebih diikenal dengan ‘paitan’.

Yani (40) warga Kalongan RT 03 RW 08, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang menyatakan, bahwa dirinya telah menekuni berjualan jamu gendong sudah 10 tahun lebih. Dari awalnya berjualan jamu gendong dengan jalan kaki dan menggendong aneka jamu. Sampai sekarang ini, tetap saja berjalan kaki keliling dan aneka jamu gendong selalu berada di gendongan.

Yani penjual Jamu Gendong Foto : Heru Santoso.

“Saya sudah hampir 10 tahun ini berjualan jamu dan aneka jamu itu dimasukkan dalam botol dann ditaruh dalam ‘tenggok’ dan selalu dalam gendongan. Sejak awal sampai sekarang, saya berjualan dengan jalan kaki dan berkeliling di wilayah Kecamatan Ungaran Timur. Saya selalu bersyukur, selama berjualan jamu gendong ini banyak diberikan rejeki dan sangat jarang jamu yang saya jual ini tidak habis. Setiap hari berjualan rata-rata pasti habis,” jelas Yani kepada koranpagionlie.com, di daerah perempatan Alun-alun Lama Ungaran, Jumat (11/09/2020) siang.

Yani juga mengaku jika selama berjualan jamu gendong banyak suka dan duka yang dialaminya, namun hal itu justru memberikan dorongan atau semangat untuk terus berjualan. Bahkan, halangan atau godaan menjadikannya semakin semangat. Jenis jamu gendong yang dijual diantaranya jamu paitan, kunyit asem, beras kencur, gula asem. Boleh dikatakan, jamu yang dijual ibu dua orang anak ini, jenisnya komplit.

Mbak Yani saat melayani langganannya. Foto : Heru

“Jamu yang saya jual itu antara lain rasa jamu paitan. Kunir asem, beras kencur, dan gula asem. Rata-rata saya menjual jenis jamunya komplit. Karena masing-masing pembeli berbeda sesuai dengan kesukaannya. Dalam sehari jualan jamu gendong ini, saya mendapatkan hasil kotor antara Rp 200.000 – Rp 300.000. Intinya melayani pembeli jamu gendong itu harus sabar,” terang Yani.

Sementara itu, Ari Budi (43) salah seorang pembeli jamu gendong mengatakan, bahwa dirinya itu rutin meminum jamu Jawa asli atau ‘jamu gendong’ sejak masih remaja. Sampai sekarang inipun masih sangat suka akan minuman jamu gendong. Justru jamu gendong ini, merupakan jamu Jawa dan banyak disukai warga Kabupaten Semarang.

“Saya minum jamu itu rutin dan selama ini lebih banyak membeli jamu gendong. Apalagi jika badan terasa pegel-pegel, pasti saya cepat-cepat membeli dan meminum jamu gendong daripada minum obat,” tandas Ari, usai meminum jamu gendong. ***

Pewarta : Heru Santoso

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *