Connect with us

LIFE

SECANGKIR KOPI UNTUK KOMANDAN

Published

on

Oleh : Denny Siregar.

Rizieq benar-benar gak menduga kalau Kapolda Metro Jaya yang baru, urat takutnya udah lepas. Selama ini FPI dan kelompok garis keras lainnya, merasa bahwa mereka sudah menguasai wilayah. Mereka tahu, pejabat kepolisian di daerah selalu ingin mencari aman dan tidak ingin ada kerusuhan di wilayahnya. Karena kalau rusuh, imbasnya adalah jabatan bisa dicopot.

Denny Siregar

Karena itulah mereka selalu menggunakan massa dan ancaman rusuh, kalau keinginan mereka tidak dipenuhi. Kasus di Tasikmalaya adalah contoh, mereka mengancam rusuh Tasikmalaya membara jilid 2 jika tuntutan mereka untuk memenjarakan saya tidak dipenuhi. Dan cara mereka menekan kepolisian adalah dengan membawa massa demo setiap hari.

Tapi Rizieq salah kali ini. Yang dia hadapi adalah Fadhil Imran, yang sempat menangkap Hercules waktu jadi Kapolres Metro Jakarta Barat tahun 2013 lalu. Hercules bukan preman sembarangan. Dia penguasa tanah abang dan dikabarkan punya ribuan anak buah yang siap mati juga. Toh, ditangan Fadhil Imran, Hercules berhasil dibawa ke penjara tanpa keributan.

Ancaman Rizieq untuk membuat rusuh Jakarta dengan selalu meneriakkan “Siap mati syahid !” gak berlaku buat Kapolda Metro. “Gak ada gigi mundur..” Kata Fadhil Imran. Itu pesan khusus, bahwa siapapun yang menghalangi akan dihabisi.

Disinilah Rizieq gentar. Usianya yang semakin menua dan kecintaannya pada dunia, membuat nyalinya ciut seketika. Dia tahu, polisi kali ini gak main-main. Apalagi 6 orang anak buahnya mati seketika ketika berusaha membela. Rizieq cuma punya dua pilihan, menyerah atau meregang nyawa.

Apalagi ketika para pemimpin ormas yang selama aksi 212 dan 411 bersama dia, mundur pelan-pelan. Mereka gak mau mati. Apalagi harus mati membela Rizieq, buat apa juga. Justru buat para pemimpin ormas garis keras, mereka membuka jalan supaya Rizieq disikat aja. Dengan begitu, mereka bisa menguasai umat yang nanti ditinggalkan Rizieq dan gak punya pemimpin.

Kapolda Metro, Irjen Fadhil Imran gak mau kasih nafas sedikitpun. Sudah cukup waktu yang dia berikan dengan mengantarkan surat panggilan, tapi gak digubris. Kali ini gak ada ampunan, perintah dari atas tegas, “Sikat kalau melawan..”

Benar kata Kabid Humas Polda Metro, Kombes Yusri Yunus, kalau Rizieq itu menyerahkan diri karena takut. Rizieq benar2 takut kali ini, hanya berusaha dia tegar2kan di depan umatnya.

Dan malam itu, dia keluar dari kamar tidurnya sambil menyapa orang2 yang begadang di ruang tengah menunggu langkah apa yang akan dia kerjakan..

“Kita kalah..” Katanya. “Saya ingin hidup tenang. Ini akhir dari perjalanan..” Rizieq kemudian masuk kembali ke kamarnya dengan lesu. Pagi nanti dia memutuskan untuk menyerah.

Saya harus angkat secangkir kopi untuk Irjen Fadhil Imran.

Salam, Komandan. Kopi sore ini kuhadirkan sebagai tanda penghormatan..

Denny Siregar

Penulis buku “Tuhan dalam Secangkir Kopi”

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *