Connect with us

REGIONAL

Keputusan Meliburkan Pasar Pagi 5 Hari, Itu Keputusan Sepihak Pemkot Salatiga

Published

on

KopiOnline SALATIGA,- Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga yang rencananya akan meliburkan Pasar Pagi Salatiga selama lima hari mulai 24 – 28 Mei 2020 mendatang, mendapat sorotan tajam dari Fraksi PDI Perjuangan (FPDIP) DPRD Kota Salatiga.

Pasalnya, dengan libur lima hari itu, apa yang akan didapatkannya ?. Jika dikaitkan dengan adanya pedagang yang positif Covid-19, maka harusnya tidak hanya libur lima hari saja. Sebab, masa inkubasi virus Corona setidaknya harus 14 hari seperti halnya batas isolasi.

Ketua Fraksi PDIP DPRD Kota Salatiga, Milhous Teddy Sulistio SE menyatakan, bahwa harusnya Walikota Salatiga Yuliyanto SE MM sebelum memutuskan waktu libur lima hari, dapat mengajak atau mengundang seluruh elemen masyarakat untuk duduk bersama membahas permasalahan ini. Intinya, Pemkot Salatiga mau membuka ruang membahas dan memutuskan yang terbaik.

“Jangan hanya berbicara dengan Forkopimda saja, masyarakat sangat perlu diajak bicara. Pasalnya, bukan hanya terkait Pasar Pagi saja namun lebih luas dengan keberadaan pasar lain, Mall Ramayana, Pasar Raya I dan II serta pertokoan modern. Ini semua, jika kita amati secara langsung dilapangan, penerapan atau pelaksanaan protokol kesehatan masih banyak yang tidak tertib atau tidah mematuhinya,” jelas Teddy Sulistio kepada koranpagionline.com, Rabu (20/05/2020).

Menurutnya, bahwa pusat-pusat keramaian tersebut sudah mulai disesaki pengunjung. Apalagi, masa-masa sekarang ini mendekati lebaran sehingga masyarakat mulai belanja kebutuhan menyambut lebaran. Disinilah, dimana banyak orang berkumpul bahkan berdesakan dan ini boleh dikatakan sebagian besar tidak patuh akan protokol kesehatan. Pengunjung tidak mau menjaga jarak dan tidak memakai masker. Ini akan memicu penyebaran Covid-19, ini kalau mau jujur.

Dari keptusan meliburkan Pasar Raya selama lima hari mendatang, boleh dikatakan itu sebagai keputusan sepihak saja. Keputusan itu dinilainya tidak melibatkan stakeholder yang ada dan terlibat didalamnya. Kalau perlu, membandingkan dengan daerah lain yang berdekatan dengan Kota Salatiga yaitu Kabupaten Semarang atau Kabupaten Boyolali.

“Harusnya rakyat diajak ngomong, karena kami menilai masyarakat Salatiga itu masih punya kepedulian. Bisa dilibatkan tokoh-tokoh masyarakat atau dapat mencontoh kabupaten/kota lain, terkait dengan penataan pasar pagi. Kabupaten/kota lain, pasti punya juga pasar pagi. Sekali lagi saya katakan, Pasar Pagi libur lima hari itu, apa yang akan didapatkannya terkait dengan masa pandemi Covid-19 sekarang ini. Sebelum dilaksanakan libur tersebut, harapan kami dilakukan pembahasan kembali,” tandas Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Salatiga.

Sementara, Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit MSi menyatakan, bahw
keputusan meliburkan Pasar Pagi selama lima hari itu dengan pertimbangan sambil melaksanakan tracing dan rapid test dengan orang yang kontak dengan pedagang yang positif Covid-19 itu. Sekarang ini, informasinya sedang berusaha agar penularan Covid-19 dapat terputus. Sehingga eskalasi akan lebih mudah terkendali.

“Apalagi sekarang ini sudah ada pedagang Pasar Pagi yang positif Covid-19. Jadi, ini semua merupakan bagian dari kebijakan untuk menyelamatkan warga yang belum terpapar Covid-19. Sedangkan, tracing dan rapid test tetap harus dilaksanakan. Bahkan, protokol kesehatan sekarang ini harus lebih ketat dalam pengawasannya oleh dinas terkait,” tandas Dance, yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Salatiga.

Pantauan koranpagionline.com di Pasar Pagi Salatiga pada Rabu (20/05/2020) pagi, masih banyak pedagang maupun pengunjung yang tidak mematuhi protokol kesehatan yaitu masih banyak yang tidak memakai masker. Baik itu pedagang ataupun para pengunjung. Bahkan, di lokasi Pasar Pagi juga telah mulai banyak pengunjung dan mereka masih saja berdesakan serta bersentuhan.

“Maaf kalau terus memakai masker, terasa ‘sumpek’ dan bicaranya tidak bebas. Tapi kalau masker, saya tetap ada dan membawanya. Dan rata-rata para pedagang disini, pasti punya dan membawa masker. Kalau untuk menjaga jarak, ini sangat tidak mungkin. Pasalnya, disaat pengunjung atau konsumen belanja barang yang sama disuatu pedagang, pasti mereka itu berkumpul atau bersebelahan. Monggo saja, kalau dikatakan tidak patuh akan protokol kesehatan, masyarakat yang menilai semua itu,” tutur Bu Sri, salah seorang pedagang Pasar Pagi Salatiga. Heru Santoso

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *