Connect with us

REGIONAL

Gubernur NA: Bangun Suasana Nyaman, Percepat Penyembuhan Pasien Corona

Published

on

KopiOnline MAKASSAR,- Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah (NA) menegaskan Sulsel harus keluar dari pandemi corona (Covid-19) di akhir Mei 2020). Semua masyarakatnya sudah sehat, terbebas dari Covid-19, hidup normal kembali dan membangun ekonomi lebih baik lagi.

“Kita harus punya target kapan pandemi ini berakhir. Kalau kita jalani seperti ini bahaya, kita begini-begini terus nanti ekonomi tidak bergerak kita akan menghadapi masalah baru,” ujar Nurdin Abdullah melalui sambungan telepon kepada otonominews, Selasa (05/05/2020).

Gubernur NA menjelaskan, apabila melihat sebaran kasus sembuh dari 34 Provinsi di Tanah Air, DKI Jakarta menjadi wilayah dengan sebaran pasien sembuh terbanyak yakni 632, disusul Sulawesi Selatan 199, Jawa Timur sebanyak 178, Jawa Barat 159, Bali 159 dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 1.954 orang.

“Kalau kita lihat sebaran pasien sembuh yang paling banyak adalah di Jakarta 632, kemudian Sulawesi Selatan 199, Jawa Timur 178, Jawa Barat 159, Bali 159 dari total keseluruhannya adalah 1.954 orang,” 

Gubernur Sulawesi Selatan, NA

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulawesi Selatan, tambahnya, telah berusaha memutus rantai penularan dengan cara masif dengan melakukan contact tracing, supaya orang-orang tanpa gejala (OTG) itu tidak berkeliaran menularkan virus corona (Covid-19). Upaya memutus rantai penularan dengan melakukan contact tracing atau penelusuran kontak, merupakan salah satu usaha di tengah penyebaran virus corona. 

“Tugas yang kedua menyembuhkan yang sakit, yang kena virus, yang positif terutama, yang ada gejala terus ada penyakit bawaan dengan menyiapkan  ruang isolasi yang nyaman dengan ventilator yang cukup,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, di rumah sakit disediakan ruang yang nyaman dengan fasilitas wifi, tivi dan ventilator yang cukup. Ditambah lagi dengan menu makanan dari katering bukan makanan rumah sakit dan  dikawal ahli gizi. 

“Karena orang sehat di rumah sakit pun bisa malas. Kalau kita kasih pilihan mau makan apa akan jadi semangat. Karena jujur Covid-19 itu adalah virus belum ada vaksin belum ada obat. Jadi salah satu yang kita lakukan adalah memperkuat imunitas. Jika imun tubuh itu kuat dia bisa melawan corona. Maka pemberian gizi yang cukup, vitamin, istirahat yang cukup tentu fasiltas kamar yang bagus. Ini yang kita lakukan sehingga yang sembuh itu semakin banyak,” terangnya.

Selain itu, lanjutnya, ada dua hotel yang digunakan, satu hotel untuk orang dalam pengawasan (ODP) yang diisolasi selama 14 hari. Yang kedua hotel untuk pasien  dinyatakan positif tapi orang tanpa gejala (OTG). Pasien ditempatkan di hotel yang berbeda. 

“Tadinya hotel itu tutup, karyawan sudah dirumahkan sekarang kita hidupkan lagi sehingga karyawannya bisa masuk kembali. Tentu harganya bukan yang standar tapi harga yang murah. Inilah upaya-upaya yang kita lakukan,” kata NA.

“Sekarang yang positif di daerah ditarik ke Makassar, supaya sentra-sentra produksi jangan sampai terganggu. Karena dikhawatirkan orang ini bertemu  keluarga jadi tertular, bertemu di pasar orang yang di pasar juga tertular. Bisa jadi repot kita,” sambungnya.

Maka, NA mengungkapkan, kemaren ada cluster dari Pesantren Al-fatah Jawa Timur berjumlah 340 orang banyak sekali yang positif. Kemudian diangkut semua ke Makassar langsung isolasi. Sementara yang sudah di rumah dilakukan isolasi mandiri. Selain itu untuk menekan 3 daerah zona merah (Kota Makassar, Kab. Gowa dan Maros) agar tidak tersebar ke daerah lain yang positif ditarik ke Makassar. 

Salah satu tingkat penyembuhan yang tinggi, pertama dengan memberikan perhatian kepada dokter dan perawat agar bisa memberikan pelayanan yang sangat baik kepada pasien. Kedua, pemberian gizi yang bagus karena Covid-19 ini tidak ada obatnya dan tidak ada vaksinnya. 

“Makanya harus dinaikkan imunitas nya. Itu yang kita jaga selama isolasi. Pasien bisa bawa laptop sehingga dia bisa kerja. Sehingga tidak ada gangguan apa-apa karena imunnya bagus. Kita isolasi sampai masa inkubasi selesai. Pada saat swab pertama negatif lalu pada swab kedua negatif maka sudah tuntas. 

Penerapan yang dilakukan dengan melayani tenaga medis dengan baik di hotel tidak pulang ke rumah. Dengan mengatur shift nya dua minggu sekali. Jadi paramedis dari rumah sakit ke hotel ada antar jemput, sehingga mereka tidak perlu bawa mobil pribadi. “Sudah diatur semua oleh gugus tugas, kita bekerja by system secara otomatis dilakukan,” kata NA.

Dengan memberikan hotel baik untuk perawat maupun dokter supaya mereka betul-betul bisa melakukan yang terbaik. Sebab kita tidak tahu kapan mereka positif karena bersentuhan dengan pasien-pasien positif. 

“Maka kita isolasi ke hotel lalu tiap dua hari kita revisi. Mengapa kita larang pulang ke rumah? karena agar tidak menular ke anak, istri, suami dan tetangga. Saya kira apa yang kita lakukan sekarang ini indikator nya sudah kelihatan. Dengan menyiapkan kamar yang nyaman fasilitas yang lengkap kita beri semangat supaya mereka tidak cemas tidak panik. Karena yang banyak meninggal itu akibat cemas akhirnya muncul penyakit penyakit lain. Ini yang kita jaga bagaimana memberikan semangat kepada mereka meski diisolasi di hotel dia bisa kerja di hotel. Bahkan ada yang protes karena baru 12 hari sudah disuruh pulang. Karena swab kedua dia sudah negatif,” tuturnya.

Menurut Nurdin Abdullah, orang yang sakit itu butuh suasana makanya dibangun suasana yang nyaman ada wifi ada tv didalam supaya dia tidak bosan. Dengan  wifi yang kuat signalnya supaya mereka bisa kerja macam-macam. Selain itu dipagi hari juga dilaksnakan senam yang dibagi per kelompok. “Sekarang ini bupati dan walikota kompak. Kita harus keluar dari Covid ini,” tutupnya. Otn/kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *