Connect with us

LIFE

Dr.Wahyu Widi Sasongko Kader Demokrat Jatim Mundur dari Kancah Politik

Published

on

KopiOnline PACITAN,- Kontestasi politik lebih kepada kesetiaan dan loyalitas pendukung. Hampir merata, politisi kalah bertarung karena tidak adanya kesetiaan dan loyalitas dari pendukung. Dan yang begini ini, punya uang berkarung-karung untuk bertarung dalam politik, hanya akan habis gak ada juntrungannya.

Dan kesemuanya itu sudah terbukti, bertarung dalam gelanggang politik hanya mengandalkan uang yang berkarung-karung, lupa membangun loyalitas dan kesetiaan pendukung, akhirnya uang habis, kalah dan frustasi. Yang seperti ini biasanya cenderung mengumpulkan orang dengan uang, semua diiming-imingi dengan uang, sehingga yang ada di sekitarnya hanya yang butuh uang dan peluang.

Adalah kader Partai Demokrat Provinsi Jawa Timur Dr.Wahyu Widi Sasongko, secara resmi mengundurkan diri dan menyatakan keluar dari Partai Demokrat.

Pernyataan resmi yang diterima redaksi, pada Sabtu (21/02/2020) bahwa, kader Partai Demokrat tersebut yang juga ikut berjuang dan Pro Jokowi di Pilpres 2019 mengatakan bahwa pengunduran dirinya dikarenakan akan melanjutkan karier professionalnya di bidang hukum dan mengajar serta aktif di bidang sosial dan bisnis.

Bagi Wahyu, politik itu meskipun seni kemungkinan, namun harus tetap realistis. Rekayasa politik untuk sebuah strategi sah-sah saja, tapi merekayasa sebuah kemenangan adalah melawan kehendak Yang Maha Kuasa. Dukungan itu hanya bisa didapat atas dasar kesetiaan dan loyalitas, di luar itu adalah penghianatan.

Kenapa seseorang bisa kalah dalam sebuah kontestasi politik.? Karena dia salah dalam mempersepsikan sebuah dukungan, padahal dukungan adalah ujung tombak kemenangan. Kinerja politik adalah sesuatu yang realistis, bukan sesuatu yang dibangun seperti membangun istana impian.

Semua harus realistis, bukan cuma diatas kertas. Wujud dukungan jelas, tidak sekedar mengandalkan data statistik, karena data statistik bisa dimanipulasi. Dasar-dasar untuk mendapatkan dukungan pun bukanlah hasil rekayasa komunal, yang dicitrakan dari kerumunan massa, karena kerumunan massa itu bagian dari rekayasa.

Satu hal yang tidak bisa ditolak dalam sebuah kontestasi adalah takdir. Takdir kalah, juga takdir menang. Yang menjadi persoalan, banyak orang yang tidak siap menerima takdir tersebut, karena syahwat kemenangan yang terlalu menggebu, sehingga lupa ada yang lebih berkuasa melebihi kekuasaan dia.

Dalam politik, kesetiaan dan loyalitas itu sangat dibutuhkan. Dan yang menjadi masalah adalah hampir merata politisi itu bermental oportunis. Disinilah kemampuan seorang pemimpin politik itu diuji. Seperti apa kemampuannya dalam menggalang dukungan, apakah dia cuma duduk manis di belakang meja atau dia turun ke bawah secara langsung untuk menggalang dukungan.

Wahyu tetap berkomitmen menjalankan misi dan visinya dalam memberikan sumbangsihnya kepada Bangsa berdasarkan loyalitas dukungan kepemimpinan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin hingga akhir jabatan.

Langkah professional Wahyu mundur dari kancah politik bukan tanpa alas an. Ia bertekad tetap konsisten dalam pengabdian melalui profesi yang ia lakoni.

Diakhir pernyataanya ia menegaskan, “InsyaAllah saya akan tetap dan terus berjuang serta selalu membela dan membantu masyarakat. Saya akan terus menabur kebaikan dan kebajikan,” pungkas Wahyu. Dan/kop

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *