Connect with us

REGIONAL

Diskusi Webinar, Bahas Peran Lembaga Kemanusiaan untuk Rohingya di Aceh

Published

on

KopiPagi JAKARTA : Diskusi hangat tersaji minggu ini, Selasa (14/07/2020) dengan Tema Politik Lintas Batas (Border) : “Mengkaji Masa Depan Etnis Rohingya di Aceh Pasca Penolakan Negara Negara di Asean dan Peran Lembaga Kemanusiaan Membantu Etnis Rohingya di Aceh”. 

Adapun Narasumber yang hadir diantaranya : Senator asal Aceh, H. Fachrul Razi MIP yang juga Wakil Pimpinan I Komite I DPD RI, Thariq Farline (Kepala Cabang ACT Lhokseumawe), Muhammad Ichsan (Mahasiswa S2 Kajian Asia Tenggara FIB UI) serta dipandu Moderator/Host Syibral Mulasi. 

Menggandeng Forum Wartawan Online (FWO), diskusi ini diselenggarakan oleh Fokusparlemen Institute dan Fokusparlemen.id. 

Pada sesi pertama dibuka oleh pemateri pertama, Senator Fachrul Razi mengupas sedikit sejarah awal konflik di daratan Arakan, Rakhine, wilayah kedaulatan Negara Myammar tersebut. 

“Dalam sejarah pada masa kolonial Inggris menguasai Myanmar, etnis Rohingya telah ada dan telah menetap di kawasan yang sekarang menjadi wilayah Rohingya,” jelas senator. 

Fachrul Razi menambahkan Rohingya melarikan diri dari negaranya karena kekejaman junta militer Myanmar yang membantai mereka hingga mereka saat ini menjadi terkatung-katung dan terdampar di berbagai negara. 

 “Di kawasan Asean, khususnya di Provinsi Aceh, Indonesia, mereka akhirnya diterima”. jelasnya. 

Fachrul Razi juga berharap kasus Rohingya ini segera selesai dengan memberikan hak untuk beribadah juga perlindungan hukum terhadap warga Rohingya.

Thariq Farline dari Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menambahkan, kehadiran Rohingya sebagai berkah bagi Aceh.

“Karena kehadiran mereka sesama umat manusia, makhluk sosial serta Aceh juga wilayah yang mereka anggap seiman yaitu Islam membuat mereka mudah diterima, ” terangnya. 

Thariq menambahkan saat ini Lembaga ACT memfokuskan ke 99 etnis Rohingya yang baru saja dipindahkan dari gedung bekas Imigrasi ke tempat baru gedung BLK Lhokseumawe.

“Jadi kita fokuskan ketersediaan bahan sandang pangan,” jelasnya. 

Selanjutnya, Muhammad Ichsan mengatakan bahwa dalam sejarah, Indonesia telah berpengalaman menangani pengungsi. “Rentan tahun 1979 – 1997 negara  kita sudah tangani  pengungsi dengan baik,” jelasnya. 

Ichsan mencontohkan seperti Indonesia menangani 250.000 ribu pengungsi Korban Perang Vietnam di Pulau Galang, Kepulauan Riau.  “Saat ini terulang kembali sejarah Aceh untuk Rohingya sama seperti Indonesia untuk warga Vietnam dahulunya,” jelasnya Ichsan. Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *