Connect with us

PERISTIWA

Bamsoet Apresiasi BNPB : Warga Diminta Waspada, Semeru Berpotensi Erupsi

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melakukan komunikasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, mendukung berbagai upaya BNPB dalam menjalankan Operasi Penanganan Darurat Pasca Erupsi Gunung Semeru, di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, yang terjadi Sabtu (04/12/2021) lalu.

Lebih dari 900 personel gabungan terlibat dalam operasi penanganan darurat di bawah kendali Pos Komando (Posko). Dari bencana erupsi Gunung Semeru mengakibatkan korban meninggal dunia 22 orang, luka-luka 56 orang dan 22 orang dikabarkan hilang serta ribuan jiwa megungsi..

“Dari laporan sementara BNPB hingga Senin (06/12/2021) malam, korban luka-luka mencapai 56 warga, 22 warga hilang, dan 22 warga meninggal dunia. Sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa dan warga mengungsi sebanyak 2.004 jiwa. Jumlah ini bisa jadi akan semakin bertambah, karena petugas di Poko masih melakukan pendataan dan validasi,” ujar Bamsoet usai berkomunikasi via telepon dengan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, di Jakarta, Selasa (07/12/2021).

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III Bidang Hukum & Keamanan DPR RI ini menjelaskan, BNPB dengan dukungan berbagai pihak telah membangun 19 titik pengungsian yang tersebar di 3 kecamatan, antara lain Kecamatan Pronojiwo, Candipuro dan Pasirian. Jumlah penyintas tertinggi berada di Kecamatan Candipuro dengan jumlah 1.136 jiwa, Pasirian 563 jiwa dan Pronojiwo 305 jiwa.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo

“BNPB juga melaporkan, selain dampak korban jiwa, awan panas guguran Gunung Semeru mengakibatkan kerusakan di sektor pemukiman, pendidikan maupun sarana dan prasarana. Posko masih terus melakukan pemutakhiran terhadap dampak kerugian material, dengan data sementara rumah terdampak 2.970 unit, fasilitas pendidikan 38 unit dan jembatan (Jembatan Gladak Perak) putus 1 unit,” jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, uluran tangan dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam membantu saudara sebangsa yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Kebetuhan para pengungsi antara lain berupa pakaian, selimut, makanan dan minuman, makanan bayi, susu bayi, popok, hingga pembalut. Dukungan dari masyarakat, selain meringankan beban pengungsi juga meringankan beban personel BNPB yang bertugas.

“Para personel BNPB telah melakukan berbagai upaya penanganan darurat yang saat ini memfokuskan pada pencarian dan evakuasi serta pelayanan dasar warga terdampak. Selain personel, sejumlah peralatan diterjunkan untuk membantu proses pencarian warga yang diduga masih hilang. Antara lain BNPB menyiagakan 3 unit helikopter dan Palang Merah Indonesia (PMI) mendorong 2 unit hagglund yang dapat menembus medan berat di lokasi terdampak material vulkanik,” pungkas Bamsoet.

Sebelumnya, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa proses evakuasi warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami hambatan. Hal itu disebabkan putusnya Jembatan Gladak Perak di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro Lumajang. Imbasnya, akses Lumajang-Malang terputus total karena aliran air dari lahar masih cukup deras dan mebhayakan untuk disebrangi. Kondisi ini membuat proses evakuasi pengungsi hanya bisa dilakukan ke arah Kabupaten Malang.

“Lalu lintas Lumajang-Malang ini tidak bisa dilewati baik roda dua maupun roda empat,” jelasnya saat konferensi pers, Sabtu (04/12/2021) kemarin.

PVMBG : Masih Berpotensi Erupsi

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andiani menjelaskan bahwa masih ada potensi terjadinya awan panas guguran dan banjir lahar akibat erupsi Gunung Semeru. Untuk itu warga sekitar diminta agar tetap mewaspadai hal tersebut.

Material abu vulkanikm Gunung Semeru pasca erupsi menimbun rumah warga (Dok socialdisaster.rescue).

Berdasarkan pemantauan, lanjut Andiani, menunjukkan bahwa sejak Senin (06/12/2021) pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB Gunung Semeru mengalami erupsi sebanyak dua kali, yakni sekitar pukul 04.00 WIB dini hari dan sekitar pukul 09.00 WIB. Erupsi itu kemudian menyebabkan terjadinya awan panas guguran.

“Terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur antara 2,5 – 4 Km, sehingga kami menyatakan agar masyarakat atau warga menghindari daerah-daerah yang merupakan ancaman guguran awan panas. Potensi kejadian awan panas guguran, masih ada,” kata Andiani dalam konferensi pers secara virtual di kanal Youtube Kementerian ESDM, Senin (06/12/2021).

Kendati demikian, Andiani mengatakan pihaknya tidak dapat memprediksi kapan awan panas guguran kembali terjadi. Sebab, pihaknya perlu melakukan monitoring lebih lanjut terkait hal ini.

“Sampai saat ini kami belum menurunkan atau menaikkan status Gunung Semeru, dan masih tetap pada level 2 atau waspada,” ujar Andiani.

Andiani menjelaskan, sebenarnya peristiwa tersebut telah terjadi sejak 1 Desember 2021. Yakni dengan jarak luncur 1700 meter dari puncak, atau 700 meter dari ujung aliran lava, dengan arah luncuran ke tenggara.

Setelah kejadian awan panas guguran terjadi guguran lava dengan jarak dan arah luncur tidak teramati. Kemudian pada 4 Desember 2021 mulai pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir. Selanjutnya pada pukul 14.50 WIB teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 4 Km dari puncak atau 2 kilometer dari ujung aliran lava ke arah tenggara atau ke Besuk Kobokan.

Aktivitas Gunung Semeru, kata Andiani, selalu dilakukan pemantauan selama 24 jam dan selalu dilaporkan setiap enam jam sekali.

“Teman pengamat gunung api memiliki WA group dengan teman di daerah, stekholder. Sejak 1 Desember telah diinformasikan (kondisi Gunung Semeru) dan sudah diimbau untuk berhati-hati,” jelas dia. *Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *