Connect with us

REGIONAL

Hari Tani Nasional ke -61 Ditutup dengan Diskusi Petani Perempuan

Published

on

PASBAR | KopiPagi : Setelah SPI (Serikat Petani Indonesia) Basis Lubuk Karak dan GEMA (Gerakan Mahasiswa Petani Indonesia) Petani Sumatera Barat sukses melaksanakan acara panggung rakyat beberapa hari lalu, tepatnya Jumat (24/09/2021) malam, kini SPI Basis Lubuk Karak dan GEMA Petani Sumatera Barat kembali melaksanakan agenda diskusi petani perempuan.

Menurut Ketua Pelaksana, Vickry H Sikumbang yang akrab disapa Bebeng saat dikonfirmasi oleh media ini koranpagionline.com (KopiPagi) di areal kegiatan Selasa, (28/09/2021) menyampaikan, kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat SPI Lubuk Karak, pada hari ini adalah merupakan agenda penutup dari rangkaian peringatan Hari Tani Nasional ke-61.

Dikatakan Vickri, diskusi yang mengangkat tema, “Mewujudkan Petani Perempuan yang Progresif dan Kreatif dalam Mencapai Cita-cita Perjuangan SPI”, dilaksanakan secara luring di Sekretariat SPI Lubuk Karak dan juga melalui daring dengan menghadirkan beberapa narasumber.

Ketua Umum DPP SPI, Henry Saragih sebagai pembicara pertama pada kesempatan itu antara lain menyampaikan tentang pentingnya pendidikan dalam organisasi dan petani perempuan mempunyai peran penting dalam perjuangan agraria.

“Pendidikan seperti ini sangat penting kita lakukan agar para petani perempuan menyadari betapa pentingnya peran mereka dalam perjuangan agraria ini,” papar Henry Saragih.

Sementara Anas Sodikin Presnas DPP GEMA Petani, sebagai pembicara ke dua antara lain juga menyampaikan bahwa petani perempuan adalah ibu kedaulatan pangan.

“Perempuan petani adalah ibu kedaulatan pangan, maka sangat wajar bagi kita GEMA Petani selalu bergandengan tangan melawan penindasan kepada kaum petani khususnya kepada petani perempuan,” ucap Anas.

Pada pembicara selanjutnya yang disampaikan oleh Zubaidah Tambunan Ketua DPW SPI Sumatera Utara, yang juga aktifis pergerakan petani perempuan ini menekankan agar tidak ada lagi diskriminasi kepada perempuan petani.

“Tidak ada diskriminasi bagi petani perempuan, perempuan mesti mendapat perlindungan dari kekerasan dan hak-haknya harus terpenuhi. Salah satunya bisa kita lihat di dalam Undrop atau deklarasi PBB tentang rakyat di pedesaan dan petani yang telah disahkan oleh PBB pada tahun 2018 silam.”, papar Zubaidah.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Yarni Herianti, Petani Perempuan DPW SPI Bengkulu sebagai pembicara terakhir. Yarni berpendapat bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang sama seperti laki-laki.

“Perempuan mesti terus belajar dan menyadari tentang hak-haknya sebagai perempuan, dan perempuan juga memilik kesempatan yang sama seperti laki-laki,.”  ungkapnya dengan berapi-api.

Akhirnya Ashta, Puan GEMA Petani Sumbar selaku moderator di acara tersebut sebelum menutup diskusi terlebih dahulu membuka sesi Tanya. Acara diakhiri dengan foto bersama. * Zoel/Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *