Connect with us

KANDIDAT

ADA SUHENDAR DI PILKADA TANGSEL

Published

on

KopiOnline Tangsel,- JOHN Stuart Mill pasti bermaksud baik saat menulis dalam sebuah esainya “On Representative Government” bahwa tujuan akhir politik adalah membiarkan rakyat menjadi bertanggungjawab dan dewasa. Rakyat dapat menjadi dewasa dan bertanggung jawab hanya jika mereka mengambil bagian dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.

Filsuf Inggris ini percaya, hanya melalui sistem demokrasi, rakyat dapat membuat keputusannya sendiri, terlepas apakah keputusan itu “salah” atau “benar”.

Bagaimana realitanya?

Dari waktu ke waktu, Pilkada di Indonesia masih sering berkutat pada soal-soal serupa: perilaku elite yang berbuat curang, politisi “kapal keruk”, kandidat yang “unik” dan bermasalah, pelaksana dan pengawas pemilihan yang tidak independen, rakyat yang acuh tak acuh pada hak suaranya, hingga “pemilih bayaran”.

Maka Pilkada pun terengah-engah bila ingin menjadi sarana untuk memperdalam dan memperluas proses konsolidasi demokrasi secara kualitatif. Banyak Pilkada lebih sering gagal menjadi instrumen untuk mendapatkan kepemimpinan politik yang (lebih) akuntabel dan responsif, serta tak mampu mencegah atau menekan terjadinya konflik. Sebuah Pilkada yang menggiring pemilih untuk tak perlu tahu secara persis apa akibat dari sebuah pilihan dalam politik.

Lalu, bagaimana kita menyikapi Pilkada Tangsel ke depan?.

Saya rasa, bila kita ingin Kota Tangerang Selatan ini berubah menjadi lebih baik, maka satu-satunya jalan harus diawali oleh sosok (calon pemimpin) baru yang memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan, baik untuk kualitas pemilu maupun kondisi Tangsel ke depan. Dalam konteks ini tentu saja nama Suhendar menjadi yang paling masuk akal. Bukan saja karena ia aktivis gerakan antikorupsi, tetapi juga karena ia merupakan sosok yang dikenal sangat teguh memegang komitmen–khususnya mengenai tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Itu yang kita butuhkan di Kota Tangsel.

Lalu bagaimana kita memulainya?.

Tentu saja, upaya yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkembangkan gerakan sosial sebanyak dan seberagam mungkin, dengan target utama mendorong proses demokratisasi lokal. Gerakan sosial ini perlu dibangun dan dikembangkan menjadi sebuah “gerakan politik” untuk menempatkan sosok Suhendar sebagai salah seorang kandidat yang akan didorong untuk menang. Bila dikelola secara baik serta dengan pola yang tepat secara bersama-sama, maka gerakan masyarakat sipil ini bakal menjadi semacam bola salju yang terus membesar, memperkuat dirinya dan orang lain, secara alami.

Tentu saja tidak mudah melakukannya. Perlu kesadaran masyarakat untuk melihat politik sebagai sebuah sistem yang punya sisi lain yang lebih baik. Pemahaman itulah yang sedang dibangun Suhendar selama ini : ketika politik harus ditempatkan sebagai sebuah alat untuk membangun nilai dan makna hidup manusia serta merajut pertalian sosial. Toh, sistem dan struktur adalah buah tindakan manusia. Ia bisa dipelihara atau dibongkar. Begitu kata Suhendar.

Karena itu percayalah, Suhendar adalah pilihan tepat bagi kita semua untuk Tangerang Selatan mendatang.

Bagi penulis, salah satu mengapa penulis bersikeras untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk mendukung Suhendar, karena pilihan atau keberpihakan pada sosok calon pemimpin tertentu akan menentukan besar-kecilnya dampak kejahatan yang ditimbulkannya di kemudian hari.

Jangan sampai Pilkada Tangsel tahun depan menyerupai “Jembatan Goyang Retak” : kita butuh, tapi tak yakin sampai tujuan.

Oleh : Aru Wijayanto

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *