Connect with us

REGIONAL

Memasuki Hari ke 7 Pasca Gempa : Ratusan Pengungsi Belum Tersentuh

Published

on

PASBAR | KopiPagi : Memiriskan, memasuki hari Ke 7 Pasca Gempa ratusan pengungsi belum tersentuh, tepatnya satu minggu setelah gempa melanda Kabupaten Pasaman Barat Jumat (25/2/2022) lalu, ternyata hingga hari ini Jumat (04/03/2022) ada lebih dari 250 orang pengungsi yang belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah setempat. 

Mereka (pengungsi) berasal dari Kajai, Timbu Abu, Mudiak Simpang dan Pinagar Bateh Pulai yang saat ini mengungsi di Perumahan Garden Pasaman Baru Yaptip, Simpang Empat Nagari Lingkuang Aua, Kecamatan Pasaman Sumbar. Berdasarkan laporan masyarakat kepada media ini, ada ratusan korban gempa yang hingga saat belum tersentu,h bahkan belum didata keberadaannya.

Menurut Bunde, salah seorang warga Komplek Perumahan di Simpang Empat, menyayangkan, karena hingga saat ini masih ada korban gempa yang mengungsi di 10 titik seputaran komplek perumahan yang lokasinya dekat dengan ibu kota Pasbar Simpang Empat.

Ia sangat menyayangkan dan merasa sedih, karena hingga saat ini belum juga ada Pemerintah melirik mereka, apa lagi merasakan perhatian dan kehadiran dari pemerintah daerah terhadap mereka. Padahal, Kantor Bupati dan posko utama tanggap darurat hanya berjarak lebih kurang 1 Km dari tempat mereka mengungsi saat ini.

Sementara para pengungsi, saat dihubungi oleh beberapa media di lokasi pengungsi hanya mengaku, masih kesulitan mendapatkan bantuan karena terkendala administrasi yang mereka anggap berbelit-belit dan mempersulit mereka.

Padahal sudah jelas-jelas mereka adalah para korban gempa yang pusatnya di Kecamatan Talamau tempat mereka tinggal turun temurun selama ini.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang korban bencana gempa yang berada di tenda pengungsian, Uyun (50) kepada awak media Jumat (04/03/2022) mengatakan, hingga saat ini mereka yang jumlahnya 75 orang yang ada di pengungsian tersebut, belum juga mendapatkan sedikitpun bantuan dari pemerintah daerah.

Menurutnya, mereka telah melaporkan keberadaannya ke pemerintah setempat dan telah mengisi formulir yang diberikan. Namun sudah tiga kali diajukan masih dianggap salah, seolah mempersulit mereka disaat situasi sulit yang mereka rasakan sejak terjadinya gempa tersebut.

“Minta tolong pak, mohon kami jangan dipersulit lagi, sudah syukur kami bisa selamat dari musibah ini. Tolonglah pikirkan nasib kami masyarakat yang susah ini yang juga bagian dari masyarak Pasbar,” ungkap Uyun sedih.

Sementara Andi, warga komplek yang rumah dan halamannya dijadikan tempat penampungan sementara para pengungsi mengatakan, satu minggu pasca gempa hingga saat ini, para pengungsi yang berada di pengungsian tersebut belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Beruntung, banyak bantuan yang datang dari masyarakat komplek yang peduli dan merasa prihatin terhadap keadaan para pengungsi ini.

“Meskipun demikian, Alhamdulillah, ternyata kepedulian warga komplek terhadap mereka masih tinggi, apa lagi hal tersebut diuntungkan dengan banyaknya swadaya masyarakat yang  berdatangan. Kalau tidak, kita tidak tahu lagi apa yang akan terjadi terhadap para saudara-saudara kita para korban yang juga banyak di antaranya anak-anak dan balita,” ungkap Andi penuh rasa sedih.

Sementara itu Zulkifli di posko pengungsian lainnya, yang juga berdekatan dengan posko sebelumnya sebagai salah satu masyarakat penampung para pengungsi, ia mengungkapkan hal yang sama.

Menurutnya, hingga saat ini korban yang jumlahnya 25 orang yang tinggal di tempatnya belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Padahal tidak sedikit bantuan yang telah disalurkan oleh instansi, Ormas dan pribadi dari dalam dan luar daerah pasca gempa terjadi masuk ke Kabupaten Pasaman Barat.

“Kita telah berupaya dan berusaha agar para pengungsi mendapatkan bantuan, namun hingga saat ini kita baru menerima pakaian dalam dari ibuk-ibuk PKK dan menerima bantuan 15 buah nasi bungkus dari pemerintah daerah,” pungkasnya.

Di tempat pengungsian lainnya yang juga masih berada pada komplek perumahan yang sama, salah seorang korban, Ratna mengaku, saat ini mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Bahkan, dia sudah menunggu lebih dari tiga jam di posko utama, tapi ia hanya mendapatkan satu renteng pempers, padahal kebutuhannya jauh dari itu.

“Kami meminta kepada pemerintah daerah agar dapat memberikan bantuan kepada kami disini yang terpaksa tidur di atas lantai,” ucapnya sedih.

Ratna menambahkan, adapun kebutuhan mereka saat ini di antaranya beras, tenda, tikar, air minum, peralatan mandi, pempers, pakaian dan selimut serta makanan siap saji.

“Kepada pemerintah daerah kami mohon bantuannya, karena tidak mungkin kami terus menyusahkan keluarga tempat kami mengungsi yang kehidupannya juga masih paspasan,”keluh Ratna mengakhiri. ***

Pewarta : Zoelnasti. 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *