Connect with us

BIVEST

Pandemi Covid-19, Penurunan Omset Hotel dan Resto di Salatiga Capai 80%

Published

on

KopiOnline SALATIGA, – Pandemi Covid-19 yang hingga pertengahan bulan Mei 2020 belum jelas kapan berakhir, menjadikan semua jenis usaha mengalami penurunan omset. Bahkan, perhotelan dan resto atau rumah makan yang tergabung dalam organisasi Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Salatiga ikut merasakan dampaknya.

Ketua PHRI Kota Salatiga, Arso Adji Sadjiarto SH menjelaskan, bahwa sejak pandemi Covid-19 ini merebak dan akhirnya sejumlah tempat usaha harus tutup, menjadikan hotel dan resto harus “Memutar otak” untuk dapat memenuhi omset. Namun, semua itu meski kerja keras sampai sekarang ini belum dapat dibanggakan hasilnya.

“Sebagai contoh nyata, apa yang terjadi di RM ‘Joglo Rini” Jalan Mawar Jetis, Salatiga. Selama masa pandemi Covid-19 ini, kondisinya tetap saja masih berat. Salah satunya karena masyarakat masih mengikuti dan taat akan aturan protokol kesehatan. Yang salah satunya tetap di rumah saja. Sehinga sudah mengurangi agenda “makan diluar rumah”, ini bukti nyata,” jelas Arso kepada koranpagionline.com, Sabtu (09/05/2020) sore.

Dari kondisi demikian, maka mau tidak mau pasti mengalami penurunan omset. Boleh dikatakan semakin hari semakin sepi dan rata-rata antara 10% – 20% pendapatan yang masuk dibandingkan saat kondisi masih normal. Kondisi ini terjadi secara nasional karena harus tetap patuh dan taat pada aturan pemerintah.

“Turunnya omset itu terjadi secara nasional yang harus dan patuh pada aturan pemerintah. Diantaranya tamu harus memakai masker, lakukan cuci tangan, serta harus tetap menjaga jarak. Khususnya di RM Joglo Rini ini, setiap tutup operasional selalu kita lakukan penyemprotan desinfektan pada seluruh meja dan kursi,” kata Arso Adji Sadjiarto SH, yang juga Owner RM ‘Joglo Rini’ Salatiga.

Ditambahkan, bahwa penurunan omset rata-rata hingga 80%. Hal ini mengingat terbatasnya tamu yang datang maupun tersedianya tenaga kerja di hotel ataupun resto itu. Untuk di RM Joglo Rini, sebagian besar karyawannya dirumahkan. Namun, mereka masih bisa bekerja karena dilakukan model bergilir dalam setiap minggunya.

“Di RM Joglo Rini ini,kami menerapkan model kerja bergilir, dari total karyawan yang ada sebanyak 50 orang, hanya 12 orang yang bekerja setiap harinya. Rata-rata tiap karyawan dalam sebulan hanya masuk kerja 1 minggu. Langkahnya ini untuk mensiasati agar seluruh karyawan bisa menikmati kerjanya dan ada pendapatan yang nantinya diterima,” tuturnya.

Sementara itu, kondisi secara global dalam naungan PHRI Salatiga, bahwa dalam masa pandemi Covid-19 ini, bahwa okupansi hotel maupun omset rumah makan/resto di Kota Salatiga mengalami penurunan drastis. Bahkan, omsetnya sekarang ini rata-rata hanya 10 % hingga 20 %.
“Dari omset tersebut, maka rata-rata hotel dan rumah makan atau resto harus merumahkan karyawannya. Hanya ada beberapa saja yang nekat tidak merumahkan karyawannya. Dan itupun ada strategi lain, sehingga tidak merumahkan karyawan,” ujarnya.

Menyikapi karyawan hotel dan rumah makan yang dirumahkan, PHRI Kota Salatiga merasa bertanggungjawab, salah satunya dengan mengajukan permohonan bantuan kepada Pemkot Salatiga melalui Dinas Pariwisata. Hasilnya, sebanyak 96 orang berhasil menerima bantuan.

“Bagi yang tidak menerima bantuan, ternyata ada beberapa persyaratan yang tidak lolos. Salah satunya, mereka itu tidak ber-KTP Kota Salatiga. Kami berharap, agar kondisi perekonomian dapat segera pilih, maka Covid-19 ini harus segera berakhir. Dan ingat, kita semua harus tetap patuh dan taat akan protokol kesehatan,” tandasnya. Heru Santoso.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *