Connect with us

BIVEST

LENNY HARTONO : KERAJINAN PERAKNYA DIEKSPOR KE MANCA NEGARA

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Lenny Hartono bermula dari admin toko kecil rental video di Bandung, kini jadi pengusaha Kerajinan Perak Sukses. Wanita hebat kelahiran Cirebon 51 tahun lalu ini hanya berbekal pendidikan rendah, dan hanya mengenyam pendidikan kelas 1 SMP tapi mampu menjadi pengusaha sukses.

“Sejak kecil saya hidup susah. Saya dijual oleh orang tua saya kepada keluarga tak dikenal di Bandung. Dan, pahitnya membuat saya terdampar di sebuah yayasan keagamaan sejenis Panti Asuhan. yang mana mereka hanya bersedia menyekolahkan saya sampai kelas 1 SMP saja. Menyadari pendidikan saya rendah, karena itu dari sejak usia 15 tahun, saya bekerja dan berjuang untuk bisa menafkahi hidup.” ujar Lenny Hartono saat bincang dengan penulis di workshop usahanya di kawasann Nagasari, Penatih, Denpasar Bali. Senin (15/05/2022) kemarin.

Lantaran harus menghidupi diri sendiri dengan bekal pendidikan rendah, Lenny bekerja apa saja, yang penting halal. Sementara teman-temannya banyak yang menyarankan kepada wanita yang kini memiliki 4 anak ini agar bekerja yang dapat menghasilkan uang banyak secara kilat.

“Teman-,teman ada yang nawari saya untuk jualan narkoba, jual diri dan menjadi istri simpanan dengan janji semua kebutuhan dicukupi. Tapi semua saya tolak, karena saya tidak mau anak-anak saya kelak punya cerita kurang enak soal ibunya,” ujar wanita yang memiliki paras cantik ini.

Kalau Lenny mau, memang bukan perkara sulit untuk mendapatkan pria hidung belang yang menjadikannya istri simpanan atau melayani laki-laki hidung belang. Tapi semua tidak ia lakukan, Lenny memilih mencari nafkah yang halal.

Lenny Hartono dengan kerajinan peraknya.

“Pada usia 19 tahun, saya merantau ke Jakarta, mencoba menjadi sales freelance untuk menjual jasa percetakan yang mudah ditemukan di daerah Senen Jakarta Pusat. Saya mencari pelanggan dengan berjalan kaki, keluar masuk kantor, pabrik, toko dan lain lain dari baju kering, basah karena berkeringat dan kehujanan hingga kering lagi. Dari sepatu masih baik-baik sampai harus berjalan jauh dengan kondisi sepatu yang sol bawahnya sudah berlubang… membuat telapak kaki terluka sambil terus berjalan… Semua saya lakukan demi untuk mendapatkan rejeki yang halal,” kata Lenny.

Setelah jungkir balik di Bandung dan Jakarta, untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tak kunjung terwujud. Akhirnya, Lenny mencari keberuntungan di pulau Bali. Di pulau Dewata ini ia bertemu dengan pria yang dicintainya, Putu Gede Darmawan. Bersama suami tercinta, Lenny membangun usaha kerajinan dari perak.

“Saya sama suami membangun usaha rumahan dimulai di garasi  tahun 2005. Ternyata secara perlahan usaha saya berkembang, untuk itu saya dirikan dengan berbadan hukum,” ungkap Lenny.

Dengan mengibarkan bendera usaha CV Bintang Darmawan Silver (BDS) memulai dengan lima karyawan Lenny membangun usaha kerajinan perak.

Untuk merambah pasar lebih luas khususnya mancanegara, Lenny berjibaku memasarkan produknya ke Amerika, Eropa, Hongkong dan negara Asia lainnya.

“Saya berjibaku memasarkan produk saya tanpa support siapapun. Semua didanai sendiri, pergi ke berbagai manca negara untuk ikut pameran, mempromosikan perhiasan perak dari Bali… berlelah payah dilakukan bersama team, termasuk mengangkat kardus berat-bera sendiri, yang jarak dari drop off menuju lokasi pameran sangat amat jauh…dimana semua pekerjaan yang biasa dilakukan di pameran oleh laki-laki, dikerjakan bersama 1 orang teamnya yang sesama wanita…ketika paneran di Las Vegas, sampai orang Amerika geleng-geleng kepala melihat hasil kerja kami yang hanya dua wanita, menghasilkan booth pameran yang megah dan benar benar memancing pengunjung pameran untuk melihat produk yang kami bawa.” tutur Lenny.

Hasil kerja kerasnya memasarkan usahanya di mancanegara, sekarang hasil kerajinan peraknya kebanyakan untuk pangsa luar negeri, khususnya Amerika dan Eropa.

“Sekarang ini kami tengah mengerjakan pesanan dari Kanada, Amerika dan juga dari beberapa negara di Eropa.” kata wanita yang akrab disapa Mamah Bintang ini.

Kini hasil kerajinan perak BDS memang dikenal di mancanegara ketimbang di dalam negeri maupun negara di Asean.

“Untuk bersaing dengan Thailand susah, karena mereka jual produk yang harganya lebih rendah dari kita. Kenapa mereka bisa jual produk lebih murah, karena pemerintahnya campur tangan dan membantu mensubsidi pengadaan bahan bakunya dengan harga yang murah. Pertamanya berasal dari dalam negeri sendiri dan juga pemerintahnya juga membantu mensupport di dalam pengadaan sarana produksi yang dibutuhkan. Sementara kita kebanyakan di sini harus berjuang sendiri untuk memasarkan produk, mendanai sendiri semua peralatan mesin-mesin yang kesemuanya impor. Jadi, susah sekali bersaing dengan Thailand, apalagi dengan China,” ujar Lenny berapi-api.

Meski begitu, ketika pandemi Covid-19 melanda dunia dan banyak usaha gulung tikar, omset BDS justru meningkat dua kali lipat.

“Ini yang kami syukuri, ketika usaha lain pada gulung tikar, kami justru meningkat dua kali lipat. Semua karena anugerah Tuhan,” kata Lenny dengan nada terharu.

Sayangnya Lenny tidak mau mengungkapkan berapa omset BDS. “Yang jelas saya bayar pajaknya lumayan besar mengikuti omzet yang semakin meningkat setiap tahunnya,” kata Lenny dengan tertawa lepas.

Lenny menambahkan, “yang jelas, kami bersyukur bisa memberikan penghasilan kepada 120 karyawan kami, dan memberikan nafkah buat mereka,” ujar Lenny bersyukur sambil pamit pulang karena mesti mengantarkan putri kesayanganya Bintang Darmawan ke dokter. *Buyil/Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *