Connect with us

BIVEST

Berhasil Eksport Beras Organik, Kini Buton Utara Mengeksport Kopra ke China

Published

on

KopiOnline JAKARTA, – Kabupaten Buton Utara kembali membuat terobosan dalam Produk Unggulan Kawasan Perdesaan. Kali ini  Kabupaten yang dipimpin Bupati Abu Hasan berhasil mengeksport  Kopra Putih  ke China.

Menteri Dsa PDTT, Abdul Halim Iskandar, Foto : Ist.

Kabupaten yang mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Organik, setelah keberhasilan dengan beras organiknya yang juga sudah dieksport, kini  berhasil mengeksport kopra putih.  Menteri Desa PDT dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar menyatakan, ini peristiwa penting bagi desa di tengah situasi pademik Coronavirus.

“Eksport  kopra putih perdana sebanyak 12 ton ini akan secara kontinyu per bulannya minimal 100 ton perbulan,” ujar  Gus Menteri, sapaan akrabnya.

Soal nilai eksport memang masih kecil berkisar di posisi Rp 110 juta, namun pada bulan-bulan berikutnya akan meningkat di atas Rp 1,2 miliar per bulan.

Bupati Buton Utara, Abu Hasan.

Menteri Abdul Halim mengatakan bahwa ekspor ini membanggakan karena hasil kerja keras Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma). Ekspor kali ini ke China dan tujuan ekspor akan bertambah ke India dan Bangladesh.

Business model yang cocok dikembangkan berupa fasilitasi dari PT Inacom yang digandeng Kementerian Desa PDTT. Codiac.id selaku mitra pendampingan Inacom.id memberdayakan para petani kopra sejak dari perbaikan pengolahan lahan, pengelolaan kebun kopra yang lebih terfokus hingga pengolahan kelapa lebih lanjut.

Teknologi tepat guna yang dipraktikkan ialah solar dryer dome. Inacom juga turut menjaga kualitas kopra putih Buton Utara hingga meningkat sampai berkualitas ekspor.

Hasil dari pertanian kopra putih di Buton Utara

Hasil kopra petani dibeli Bumdes dan Bumdesma, yang kini bertindak sebagai pemodal awal dengan kekayaan dari dana desa dan sumbangan lain. Pendapatan para petani kini meningkat pesat. Sebelumnya, harga yang diterima petani ialah Rp 500 per butir kelapa.

“Jika kini, kopra putih meningkatkan pendapatan mereka senilai rata-rata Rp 1.200 per butir kelapa, artinya terjadi peningkatan hampir tiga kali lipat,” jelas Gus Menteri.

Para petani tengah memanen padi

Gairah penanaman kelapa juga turut meningkat. Bersama-sama dengan pola pengolahan baru, tenaga kerja yang terserap meningkat hampir dua kali lipat. Berbagai mitra luar negeri yang semula berbisnis dengan Inacom kemudian dikenalkan kepada Bumdesma. Pada titik inilah muncul kontrak jual-beli langsung antara mitra luar negeri dan Bumdesma Buton Utara.

Sesungguhnya ekspor kali ini dimulai dari pertemuan Gus Menteri dengan Bupati Buton Utara, Abu Hasan, pada 9 Januari 2020. Topik pertemuan saat itu ialah meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran bagi produk-produk unggulan desa-desa di Buton Utara.

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal menindaklanjutinya dengan mengajak berbagai perusahaan swasta langsung mendatangi desa-desa di sana. Kini, telah berhasil diekspor kopra putih olahan, namu masih ada rencana ekspor lanjutan.

Panen padi di Kabupaten Buron Utara

Potensi Buton Utara yang dikembangkan lebih lanjut bersama-sama berbasis industri dan korporasi desa mencakup komoditas mente (7.000 ha), kelapa 6.500 ha (melalui industri coconut oil, VCO dan kopra putih), rumput laut 1.000 ha eksisting berikut tambahan perluasan potensial 7.000 ha, serta beras organik varietas lokal hitam dan merah seluas 1.000 Ha.

Di sektor lain,  Buton Utara merupakan  satu satunya Kabupaten  yang mendeklarasikan  sebagai Kabupaten Organik, berdasarkan SK Bupati 17 tahun 2017. Dengan kemampuan Badan Usaha Desa Bersama ( Bumdesma)  tersebut  pengembangan padi organik terus melebar, sejak awal Kementerian Desa terus menjadi fasilitator dari pengembangan produk unggulan dari kawasan pedesaan di  Buton Utara.

Dengan luas wilayah 1.923 Km2 dengan 6 Kecamatan  dan penduduk hampir 8.000 jiwa ini, Buton Utara merangkak menjadi  daerah lumbung pangan.

Musim panen di Kabupaten Buton Utara

“Kami berharap upaya Kabupaten Buton Utara untuk menyediakan pangan sehat mendapat dukungan dari berbagai pihak, demi menjaga kelestarian bumi untuk generasi selanjutnya,” tutur Abu Hasan Bupati Buton Utara, saat kunjungan ke Kemendesa pada saat itu. 

Produksi beras hitam “Wakombe” pada zaman dulu dikenal dengan sebutan “Forbidden rice” karena hanya boleh dimakan oleh keluarga kerajaan Kulisusu Barat (Buton Utara) Padi Organik di Buton Utara merupakan padi lokal khas (heirloom seed) yang telah ditanam sejak 400 tahun lalu hingga saat ini.

Pertanian beras hitam tersebut diolah secara tradisional dan tanpa bahan kimia dan terdapat 22 jenis kultivar padi organik yang bisa dijumpai di seluruh wilayah Kabupaten Buton Utara. Beras hitam dan merah telah menjadi bagian dari culture kehidupan masyarakat di Buton Utara, baik dalam kegiatan sehari–hari ataupun upacara adat  (Haroa). Gat.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version