Connect with us

JAGAT

Ken Setiawan : Habis Dijajah Kolonial Belanda, Indonesia kini Dijajah Arabisasi

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center NII Ken Setiawan angkat bicara terkait maraknya kolonialisasi arabisasi di Indonesia yang menurutnya sudah sangat meresahkan dan membahayakan.

Ken mengatakan bahwa dirinya bukan rasis anti Arab. Sebab, kita tidak bisa request lahir negara tertentu, tapi hanya berbicara fakta yang terjadi di masyarakat, banyak juga sahabat yang keturunan Arab yang baik.

Arabisasi menurut Ken adalah upaya untuk menerapkan budaya Arab pada suatu tempat, pada sebuah kelompok skala kecil atau besar dengan mengatasnamakan agama, padahal agama masuk ke Indonesia itu untuk diserap ajarannya, bukan budayanya.

Bahkan dulu kelompok Arab ini sudah bikin parpol yaitu Partai Arab Indonesia yang semula adalah Persatuan Arab Indonesia pada jaman penjajahan Belanda.

Pada jaman penjajahan Belanda, kelompok Arab ini memang mendapatkan tempat yang special dimata penjajah, bahkan derajatnya diangkat lebih tinggi dari masyarakat biasa, Arab seperti bangsawan dan masyarakat sebagai budak.

Bahkan seorang keturunan Arab bernama Habib Utsman bin Yahya diangkat oleh Belanda sebagai Honorair adviseur (Penasehat Kehormatan ) bersama sahabatnya Snouck Hurgronje.

Hal ini menimbulkan perdebatan dimasyarakat saat itu sebab Habib Ustman Bin Yahya dan Snouck Hurgronje dianggap penyusup dan pengkhianat umat Islam.

Ada 2 Tokoh pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) yang juga Pendiri Jamaah Islamiyah yaitu Abu Bakar Baasyir dan Abdulllah Sungkar adalah keturunan Arab. Termasuk Abdul Qadir Hasan Baraja Tokoh NII yang kini mendirikan ormas Khilafaful Muslimin.

Menurut Ken, ada 2 organisasi besar di Indonesia yang menjadi sasaran arabisasi dan banyak tokoh tokohnya susah terpapar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

NU dijajah oleh Kelompok Habib dan Muhamadiyah dijajah Salafi Wahabi dan masing masing kelompok Arab ini juga terpecah belah di antara mereka.

Kelompok Habib bisa masuk ke NU karena dipercaya saat ini ada keturunan nabi yang jika mengikutinya akan mendapatkan surga.

Jadi jika ada wajah kearab araban dan mengaku habib walaupun nasabnya tidak jelas maka dianggap wajib dihormati dan dianggapnya kasta derajatnya lebih tinggi dari masyarakat biasa.

Padahal tidak ada jaminan keturunan nabi akan masuk surga, bahkan dalam sejarah jangankan cucunya nabi, Istri dan anak Nabi Nuh serta Istri nabi Luth juga yang merupakan kerabat terdekat divonis neraka kerena durhaka.

Ada doktrin di masyarakat yang menyebut jika mengikuti cucu nabi akan dijanjikan surga, sebab cucu nabi adalah orang-orang yang dijamin kesuciannya. Kalau pun melakukan kesalahan atau dosa atau maksiat akan diampuni Tuhan.

Bahkan ada habib memberikan statemen bahwa belajar ke satu habib yang bodoh sekalipun itu lebih baik daripada belajar ke 70 orang alim atau kiai, ini sangat keterlaluan dan tidak masuk akal. Jelas Ken.

Sedangkan kelompok Salafi Wahabi adalah kelompok yang mereka mewajibkan umat Islam mengikuti agama seperti jaman nabi dulu, kelompok ini kaku dalam beragama, anti terhadap budaya kearifan lokal dan tidak segan segan mengharamkan, membid’ahkan bahkan mengkafirkan orang orang yang diluar kelompoknya.

Banyak Artis, Pejabat bahkan aparat TNI Polri juga banyak yang terpapar ajaran Salafi Wahabi disebabkan salah mengundang penceramah.

Dampaknya adalah sering terjadi perpecahan, permusuhan, kedengkian, saling mengkafirkan, menjatuhkan, bahkan saling membunuh diantara umat Islam sendiri yang tidak sepaham dengan mereka.

Menurut Ken, jika ditelaah lebih dalam, kolonialisasi arabisasi adalah upaya copy paste pergeseran dendam politik konflik Sunni Syiah di timur Tengah ke Indonesia.

Kalau konflik Sunni Syiah di timur Tengah itu jika ditelusuri lagi juga ada dendam masa lalu antara pendukung keluarga sahabat nabi yaitu Abu Bakar, Umar BiBin Khatab, Ustman abin Affan dan Ali Bin Abu Thalib.

Sebagian aliran Syiah menganggap bahwa kekuasaan yang diraih oleh ketiga khalifah tersebut ilegal, karena merebut hak wasiat yang seharusnya diterima oleh Ali.

Bahkan keributan antar pendukung ini akhirnya menimbulkan peperangan besar antar keluarga Nabi, yaitu Aisyah dan Ali Bin Abu Thalib, antara istri Nabi dan sepupu sekaligus menantu Nabi.

Dalam sejarah para sahabat Nabi  Seperti Umar Bin Khattab meninggal karena diracun, Ustman bin Affan meninggal karena dibunuh saat membaca alquran dan Ali Bin Abu Thalib juga meninggal karena dibunuh oleh tokoh umat Islam juga bernama Abdurrahman bin muljam.

Sejatinya mereka ribut dan berperang bukan karena mempertahankan agama, tapi memperebutkan kekuasaan atas nama agama.

Jika budaya konflik perang tersebut dibawa dan digeser ke Indonesia dan masing masing kelompok Arab itu juga menyebarkan paham dendam kebencianya kepada masyarakat Indonesia maka hal ini yang sangat berbahaya dan mengakibatkan perpecahan.

Masyarakat Indonesia dengan budaya luhur nusantara sangat terbuka bagi siapapun tanpa pandang suku ras maupun agama, semua boleh hidup dan tinggal di Indonesia.

Betul kata Soekarno yang menyatakan, “Kalau jadi hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang islam jangan jadi orang Arab, kalau kristen jangan jadi orang yahudi, tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat dan budaya luhur Nusantara,” tutup Ken, Selasa (11/06/2024. *Kop.

Exit mobile version