KopiPagi | SIMALUNGUN : Konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Mendikbud-Ristek, Nadiem Makarim yang tujuannya baik, agar peserta didik bahagia dalam menempuh pendidikan, masih banyak menghadapi kendala dan tantangan. Demikian disampaikan Martha Linora Sitompul, salah satu guru SMKN 1 Siantar, kepada koranpagionline.com ,Selasa (24/08/2021).
Menurut Martha Linora, guru yang baru saja menyelesaikan Program S2 Jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Medan (UNIMED), Merdeka Belajar itu tidak semudah yang digambarkan, karena masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan Merdeka Belajar untuk mewujudkan inovasi pembelajaran.
Martha Linora, guru SMKN 1 Siantar
“Guru adalah penolong bagi siswanya dalam mengembangkan potensi diri supaya siswa menjadi manusia seutuhnya, yang dapat membantu dirinya sendiri melalui skill yang dimilikinya. Untuk itu, kompetensi guru sangat dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan berbagai sarana dan prasarana serta teknologi,” kata Linora.
Terkait dengan itu, kata Linora, saat ini perlu merubah sikap guru yang selama ini sebagai pusat pembelajaran, harus menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Kata Linora, selain merubah sikap guru, tentu program Merdeka Belajar itu, perlu mendapat dukungan dari orangtua terhadap pembinaan anak untuk belajar lebih maksimal, ucapnya.
“Saat ini perhatian orangtua kurang maksimal terhadap prestasi belajar anaknya sehingga kreatifitas siswa dalam inovasi dan discovery tidak maksimal,” ungkap Martah Linora.
Menurut Martha, adapun kendala lain adalah, masifnya intervensi pihak lain yang melakukan intimidasi atas kebijakan yang dilaksanakan oleh sekolah dan pihak sekolah kurang menghargai siswa yang kreatif.
Untuk diketahui, Merdeka Belajar adalah salah satu program andalan Kemendikbud-Ristek. Dimana, para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu.
“Sumber ilmu bukan sebatas pada ruang kelas, guru, tetapi bisa di luar kelas, di media online atau internet, perpustakaan, dan juga di lingkungan sekitar. Guru tidak lagi menjadi sumber utama, ” sebut Linora.
Dalam konteks ini, maka dibutuhkan kejelian guru untuk menterjemahkan konsep Merdeka Belajar. Guru harus kreatif agar siswa bisa dibimbing dan diarahkan sesuai konsep merdeka belajar.
Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum, tetapi siswa dan guru harus kreatif, untuk menggapai pengetahuan. Siswa benar–benar dilatih untuk mandiri.
Merdeka Belajar paling tepat digunakan sebagai filosofi perubahan dari metode pembelajaran yang terjadi selama
Seiring dengan perjalanan dan kemajuan ilmu pengetahuan, serta teknologi menuntut upaya dan usaha keras bagi dunia pendidikan untuk menemukan teknologi yang sesuai untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar.
Hal ini bertujuan agar proses belajar siswa, khususnya siswa SMK. Bukan hanya sekedar belajar praktek, melainkan belajar memahami arti masa yang akan datang melalui kegiatan belajar yang mengandung pembaharuan untuk mengkaitkan antara pemebelajaran yang teori dan praktik secara lebih faktual.
“Siswa SMK harus mampu mengisi peluang kerja yang handal sesuai kompetensinya. Hal ini sejalan dengan tujuan dari SMK yaitu, meluluskan siswa yang dapat bekerja dan mampu menunjukkan sikap yang professional,” sebut Martha Linora.
Lebih lanjut, Martha Linora berharap, kiranya siswa dapat memilih masa depan dan mampu bersaing dalam pengembangan diri yang ditampung bekerja sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan menjadi karyawan yang tangguh.
Kata Martha lagi, kompetensi siswa SMK Tata Busana dalam Merdeka Belajar, justru memiliki keunggulan. Karena didalamnya terdapat kompetensi tentang busana, mulai dari mempelajari teknik dasar menjahit, cara menggambar atau mendesain, mengenal dan mempelajari jenis bahan tekstil, mengambil ukuran badan, membuat pola, memotong, menjahit, serta menghias hingga finishing. Dimana, pada tahap akhir, diharapkan dapat memilki usaha di bidang busana.
Menurut Linora, untuk menyikapi perubahan dan perkembangan ke depan, maka SMK Negeri 1 Siantar, khususnya jurusan tata busana akan berupaya mewujudkan lulusannya menjadi siswa yang kreatif, terampil, mandiri dan inovatif dan faktor konsep keberhasilan suatu tujuan pembelajaran diperlukan analisis kebutuhan (need assessment).
“Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah, serta mencari solusi yang tepat .Dalam hal ini Merdeka Belajar adalah salah satu solusi yang dapat dilaksanakan untuk menjadikan siswa yang terampil dan kreatif seperti yang diungkapkan oleh Nadiem Anwar Makarim pada Hari Guru Nasional tahun 2019, yang mencanangkan program kebijakan baru yaitu Merdeka Belajar yang memiliki makna bagi pendidikan, sekolah, guru dan siswanya memiliki kebebasan untuk berinovasi dan bertindak dalam proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan tidak monoton (Teacher Centre), melainkan berpusat pada siswa.
“Guru harus meningkatkan kompetensinya, dalam menerapkan kurikulum yang telah diberikan serta mewujudkan kompetensi dasar dan melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menyelaraskan kurikulum dengan dunia industry. Dalam hal ini, pembelajaran dilakukan dengan mengajarkan siswa yang nyata,’ kata Linora.
“Dalam pembelajaran dengan mendirikan unit produksi, wisata industri, magang baik guru dan siswa ke industri yang kompeten dengan pembelajaran,'” pungkas Martha Linora Sitompul. ***