Connect with us

RAGAM

Harga Cabe Rawit Melejit, Emak-emak Menjerit : DPR RI Desak Pemerintah

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Melejitnya harga cabe rawit yang menyentuh angka Rp 140.000 ditambah meroketnya harga bahan pokok lainnya menjelang tahun baru 2022, membuat kaum emak-emak menjerit. Ketua DPR RI Puan Maharani pun buka suara.

Melihat harga bahan pokok menjelang pergantian tahun baru yang di tengarai tak terkendali, setidaknya membuat Puan Maharani gemes dan mendesak Pemerintah untuk segera mengatasi permasalahan kenaikan harga bahan pokok yang melonjak tidak terkendali.

Puan mengemukakan, masyarakat berpenghasilan rendah akan sangat terdampak dengan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok tersebut. Menurut dia, kenaikan harga bahan pokok tersebut  bisa menyulitkan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghantui.

“Pemerintah perlu segera mengendalikan harga bahan pangan pokok di akhir tahun ini. Beberapa bahan pangan pokok seperti minyak goreng, cabai, bawang dan telur ayam harganya sangat tinggi melebih akhir tahun sebelumnya,” tutur Puan di DPR, Senin (27/12/2021) kemarin.

Puan mencatat sejak tanggal 24 Desember 2021 kemarin, harga minyak goreng yang ada di pasar telah melebihi harga eceran tertinggi (HET) yaitu sebesar Rp11.000 per liter. Bahkan, kata Puan ada juga minyak goreng kemasan yang harganya kini tembus Rp20.000 per liter.

“Ibu-ibu rumah tangga sudah banyak mengeluh, harga cabai rawit merah di sejumlah daerah kini bahkan sudah ada yang mencapai Rp 140.000/kg. Ini sudah melebihi harga daging,” katanya.

Permasalahan naiknya harga-harga bahan pangan di akhir tahun, disebut Puan, juga harus diselesaikan untuk waktu-waktu ke depan. Pasalnya, fenomena ini selalu berulang dan perlu upaya penyelesaian yang komprehensif.

Perlu adanya sinergi kebijakan antar sektor baik dari sisi hulu maupun hilir, dari sektor produksi dan perdagangan.

Pemulihan ekonomi nasional di tengah situasi pandemi Covid-19, membutuhkan kebijakan yang dapat memberikan perlindungan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pada saat yang bersamaan mendorong dunia usaha, sektor riil dan UMKM dapat bergerak kembali dalam inflasi yang terkendali.

Sementara itu, mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata nasional cabai rawit hijau per 16 Desember 2021 adalah Rp 57.400/kg. Melesat 54,71% dari posisi sebulan sebelumnya.

Kemudian harga cabai rawit merah pada 16 Desember 2021 adalah Rp 86.500/kg. Meroket 130,97% dalam sebulan, lebih dari dua kali lipat. Lalu harga cabai merah keriting pada 16 Desember 2021 adalah Rp 53.500/kg. Naik 26,03% dalam sebulan.

Masih ada lagi. Harga cabai merah besar pada 16 Desember 2021 tercatat Rp 50.850/kg. Naik 28,09% dari periode yang sama bulan lalu.

Tidak cuma cabai-cabai, harga produk sembako lainnya juga terjongkrak naik. Harga minyak goreng kemasan I per 16 Desember 2021 adalah Rp 20.250/kg. Bertambah 7,43% dalam sebulan.

Sementara harga daging sapi kualitas I pada 16 Desember 2021 adalah Rp 127.850/kg. Naik tipis 0,08% ketimbang sebulan sebelumnya.

Sedangkan harga gula pasir lokal per 16 Desember 2021 adalah Rp 13.250/kg. Naik 0,76% selama sebulan.

Belum lagi daging ayam ras segar. Pada 16 Desember 2021, harganya adalah Rp 35.750/kg. Naik terbatas 1,42% dalam sebulan terakhir.

Harga telur ayam ras segar pun naik. Pada 16 Desember 2021, harga komoditas ini adalah Rp 26.200/kg. Naik 3,56% selama sebulan

Kenaikan harga cabai sepertinya lebih dipengaruhi faktor musiman. Saat musim penghujan (akhir hingga awal tahun), harga cabai biasanya melambung karena produksi tersendat. Tanaman cabai tidak bisa terlalu basah, karena akan rusak.

Padahal bulan-bulan sebelumnya harga cabe rawit dan cabe lainnya nyungsep ada yang dibawah Rp 10.000. Petanipun enggan memanen dan membiarkannya membusuk di pohon. Cabe itu pun jadi tak berharga dan dibiarkan kering dan busuk di pohonnya.

Barulah harga cabe mulai merangkak di atas di atas harga Rp 13.000 per Kg, kemudian pelan tapi pasti naik dan langsung melesat di angka Rp 140.000 saat ini. Petanipun ada yang diuntungkan dan ada pula yang malah buntung. Tentu ada yang bermain di balik meroketnya harga bahan pokok ini.

Alasan klasik pun ditumpahkan pada masalah iklim. Seperti halnya curah hujan masih akan tinggi setidaknya hingga Maret 2022. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan pada Januari 2022 sebanyak 99% wilayah Indonesia diperkirakan mengalami curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Artinya, curah hujan akan tinggi bahkan bisa sangat tinggi.

Kemudian pada Februari, sebanyak 92% wilayah Tanah Air diperkirakan mengalami curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Pada Maret, wilayah yang diperkirakan mengalami curah hujan lebih dari 200 mm/bulan kembali menjadi 98%.

“Pada Januari 2022, sebanyak 95% wilayah Indonesia diprakirakan memiliki sifat hujan Normal hingga Atas Normal. Pada Februari 2022, sebanyak 94% wilayah Indonesia diprakirakan mengalami sifat hujan Normal hingga Atas Normal. Pada Maret 2022, sebanyak 91% wilayah Indonesia diprakirakan memiliki sifat hujan Normal hingga Atas Normal,” papar laporan BMKG.

Ditambah lagi permintaan masyarakat sedang tinggi karena menjelang perayaan Hari Natal-Tahun Baru. Kombinasi pasokan yang seret dan permintaan yang tinggi tentu membuat harga melejit, bahkan sampai lebih dari dua kali lipat. Permasalahan ini dari tahun ke tahun terjadi. Permasalahannya sama, begitu pula penangananya juga tak jauh berbeda. *Otn/Kop.

Exit mobile version