KopiPagi | BEIJING : Latihan militer China rencananya akan dilaksanakan pekan ini. Otoritas Keselamatan Maritim China menerbitkan memo Selasa (26/01/2021), yang melarang aktivitas sipil di sebuah kawasan laut di antara Teluk Tonkin dan barat Semenanjung Leizhou.
Pemerintah di Beijing enggan merinci rencana latihan perang, namun memastikan zona larangan berlaku antara tanggal 27 hingga 30 Januari. Lokasi latihan hanya berjarak beberapa ratus kilometer di timur Hanoi, Vietnam, di mana Partai Komunis sedang menyelenggarakan Kongres Rakyat ke13.
Langkah China diumumkan hanya beberapa hari setelah kapal induk AS, USS Theodore Rosevelt berpatroli di Laut China Selatan, Sabtu (23/01/2021). Aksi ini mengemban misi mempromosikan “kebebasan berlayar,” tulis Pentagon.
Pada Senin (25/01/2021), Beijing mengritik kebiasaan AS mengirimkan armada tempur ke Laut China Selatan “untuk merenggangkan otot,” sebagai mengancam perdamaian dan stabilitas. Manuver militer AS ditengarai merupakan isyarat bahwa pergantian kekuasaan tidak mengubah sikap Washington terkait klaim China atas kawasan perairan tersebut.
Laut China Selatan menjadi medan persaingan kekuatan militer antara China dan AS. Beijing bersikukuh, wilayah perairan kaya sumber daya itu merupakan miliknya berdasarkan bukti sejarah. Klaim ini ditolak negara ASEAN, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Indonesia, yang berpegang pada Konvensi Hukum Laut PBB.
Raungan mesin jet tempur AIDC F-CK-1 Ching-Kuo memenuhi udara di Tainan, pada Selasa (26/01/2021). Pemicunya adalah latihan militer yang digelar angkatan udara di selatan Taiwan. Taipeh membuat simulasi invasi China, dan menyiagakan armada tempurnya.
Karena ketika AS berpatroli di Laut China Selatan, Sabtu (23/01/2021) pekan lalu, China pada saat yang sama mengirimkan armada udaranya ke barat daya Zona Identifikasi Udara Taiwan. Taiwan melaporkan, meski militer China rajin menerobos perbatasannya, penetrasi oleh delapan pesawat pembom H-6K dan empat jet tempur J-16 itu tergolong tidak lazim.
Dalam latihannya pekan ini, angkatan udara Taiwan mengasah kecepatan mengudara dalam situasi perang. Pilot diberikan waktu lima menit untuk bereaksi, sejak alarm dibunyikan hingga lepas landas. Armada tempur yang disiagakan Taiwan di wilayah selatan juga dilengkapi peluru kendali udara ke darat.
Kolonel Lee Chiang-si mengatakan kepada Reuters, pihaknya bisa merespon “setiap saat” jika China menginvasi negara kepulauan tersebut. “Kami siap,” kata dia. “Kami tidak akan menyerahkan satu inchi pun wilayah kami.”
Angkatan udara Taiwan diklaim terlatih baik, namun memiliki pesawat yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan China. Sejak beberapa tahun terakhir, manuver militer Cina menerobos wilayah udara Taiwan meningkat pesat. Biaya operasi untuk mencegat penetrasi China dikabarkan sedemikian tinggi, pemerintah di Taipeh kini mulai mengeluhkan beban tambahan terhadap anggaran pertahanan
“Semua jet tempur kami sangat sibuk. Tapi selama angkatan udara masih ada di sini, kami akan selalu merespon sesuai dengan aturan kesiapan tempur,” tegas pilot militer Taiwan, Wang Chih-chan. Dpt/Kop.