Connect with us

BIVEST

Alasan Impor Beras 1 Juta Ton, Mendag : Jangan Salahkan Menteri Lain, Salahkan Saya

Published

on

KopiPagi J| AKARTA : Wacana impor beras 1 juta ton yang digagas dua Menteri yakni Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi banyak menuai penolakan khususnya dari para Kepala Daerah, Dua menteri itu pun dituding tidak memihak kepada petani.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun akhirnya buka suara. Dalam konferensi pers virtual lewat kanal Youtube Kementerian Perdagangan, Sabtu (20/03/2021), Lutfi mengakui, rencana tersebut memang berasal dari dirinya.

Ia pun meminta publik tidak menyalahkan pihak lain, misalnya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, lantaran memang dirinya yang memberikan instruksi agar Indonesia mengimpor beras.

“Jadi jangan salahkan Pak Menko (Menko Perekonomian), Pak Mentan, jangan salahkan Dirut Bulog. Salahkan saya,” ungkap Lutfi

Masing-masing kementerian/lembaga, lanjutnya, punya tupoksi yang berbeda. Dijelaskannya, kinerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sudah berhasil dalam hal menyiapkan panen di dalam negeri.

“Itu adalah mekanisme pemerintah. Saya harus sebagai tugasnya, Pak Mentan berhasil menurut ramalan BPS, panen akan baik, Bulog sudah melaksanakan tugasnya pengadaan dari petani, juga dengan baik,” tandasnya.

Lutfi mengaku, ia punya alasan tersendiri mengapa Indonesia harus mengimpor beras saat ini. Menurut dia, masa panen raya diselingi musim hujan, membuat banyak gabah basah. Sedangkan ada standar di Bulog untuk menerima kualitas gabah dari petani.

Jadi, kata Lutfi, ada kendala terkait kualitas hasil panen petani dalam negeri. Dia menyatakan, gabah petani dalam negeri banyak yang tak bisa dibeli Bulog, karena kadar airnya terlalu tinggi.

“Saya ingin pastikan hari ini belum ada impor, tidak akan menghancurkan harga beras petani dan saya jamin tidak ada niatan pemerintah hancurkan harga petani. Yang ada sekarang gabah basah, gabah nggak bisa dibeli Bulog, petani berhadapan dengan pedagang, itu yang terjadi,” jelas Lutfi.

Lutfi menjelaskan, seharusnya di Perum Bulog itu tersedia stok antara 1-1,5 juta ton beras setiap tahunnya.

“Stok Bulog kurang dari 1 juta ton. Jadi stok akhir Bulog yang kira-kira 800.000 ton dikurangi dengan stok impor 2018 yang 300.000 jadi stok Bulog hanya, mungkin tidak mencapai 500.000 ton. Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog. Jadi, Anda tahu bagaimana rasa hati saya ngilunya,” kata Lutfi. Otn/Kop.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2024 Koran Pagi Online - koranpagionline.com