Connect with us

RAGAM

Pancasila & UUD 1945 Harus Jadi Standar Siapapun, Menuju NKRI Harga Mati

Published

on

UNGARAN | KopiPagi : Di era keterbukaan sekarang ini banyak ancaman berbau radikalisme dan terorisme dan ini harus ditangkal secara bersama seluruh elemen masyarakat. Bahkan, pemerintah pun tidak dapat hanya diam melihat semua itu. Untuk itu perlu dicairkan suasana tersebut, dengan berbagai cara diantaranya dengan diagendakan acara ‘ngopi bareng’ lintas ormas. Demikian ditegaskan Prof Syamsul Maarif, Dosen UIN Walisongo Semarang, usai Dialog Kebangsaan.

Ngopi Bareng ini kegiatan sederhana namun dapat diisi dengan ngobrol bareng, menyatukan berbagai ide atau gagasan khususnya menangkap dan menangkal paham radikalisme maupun terorisme yang menjurus intoleransi. Pemerintah harus dapat memfasilitasinya, diantaranya dengan kegiatan silaturahmi dalam berbagai bentuk. Dari sini, tidak akan mudah kita diporakporandakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Yang endingnya akan merusak Pancasila maupun UUD 1945, karena kita semua telah sepakat secara bulat bahwa NKRI Harga Mati,” jelasnya.

Menurutnya, peran aktif ormas keagamaan di masyarakat itu sangat diperlukan. Pasalnya, perbedaan apapun harus dapat diterima oleh siapapun. Dan telah banyak fakta yang terjadi di masyarakat, dengan adanya jalinan silaturahmi maka akan dengan mudah menjaga kondusifitas keadaan dan menyatukan perbedaan tersebut. Terkait dengan paham ‘khilafatul muslimin’ yang sempat marak itu, mereka itu merupakan orang-orang atau saudara kita yang perlu didekati. Disitu ada pemahaman yang salah, serta ada aktor yang sengaja menghembuskannya. Sehingga, ke depan faham tersebut dapat merusak Pancasila maupun UUD 1945.

NKRI Harga Mati

Mantan napiter, M Sofyan Sauri dari Jakarta menyatakan, sekarang ini diakui atau tidak bahwa ada gerakan masyarakat yang mulai mengganggu ketenangan bangsa dan negara. Bahkan, di lingkungan masing-masing masyarakat, mulai pula ada yang mengganggunya. Untuk itu, adanya jalinan silaturahmi di tengah masyarakat maka akan membawa visi yang sama yaitu ‘NKRI Harga Mati’. Dan untuk Pancasila dan UUD 1945 itu harus dapat menjadi standar bagi siapapun.

“Kehidupan bangsa dan negara itu harus berjalan seirama dan jangan sampai jalan sendiri-sendiri. Dengan berjalan sendiri-sendiri ini, maka akan dengan mudahnya membuat orang itu menjadi radikal. Terkait dengan Khilafatul Muslimin itu, itu sebagai bagian dari mensinkronisasikan kaum muslimin dan sekarang ini akan mulai menyatu. Boleh saya katakan, bahwa mereka itu kurang bergaul maupun era sekarang ‘kurang update’. Sehingga, paham mereka itu sempit. Sekarang inilah, saatnya bersama dan bersatu dengan membawa visi besar NKRI,” tutur M Sofyan Sauri.

Diapresiasi

Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah Haerudin menyatakan, bahwa pihaknya sangat apresiasi dengan kegiatan yang dihelat oleh Ditintelkam Polda Jateng ini. Dengan menggelar dialog kebangsaan yang melibatkan ormas keagamaan di Jateng. Dari kegiatan ini, respon ormas sangat bagus dan ini menunjukkan jika di Jawa Tengah itu sangat rukun meski ada yang berbeda.

“Harapannya, meski masing-masing ormas itu tentunya berbeda namun harus dan harus NKRI Harga Mati. Kesbangpol Jateng hingga kini masih ada ‘pekerjaan rumah (PR)’ yaitu menghadirkan pimpinan ormas keagamaan se Jawa Tengah untuk melaksanakan komitmen kebangsaan secara bersama. Namun, itu mulai kita proses untuk tetap dilaksanakan. Intinya, Kesbangpol siap merangkul seluruh ormas yang ada. Di Jateng sekarang ini ada sekitar 1.000 Ormas dan ini bukan hal yang mudah untuk menyatukan. Untuk itu, kita akan gelar kegiatan sifatnya silaturahmi untuk merangkul semua ormas. Khususnya anggota Khilafatul Muslimin di Jawa Tengah, ada sekitar 360 orang. Mereka itu ada di wilayah Solo Raya, Brebes, Kota Tegal, Kab Tegal, Banyumas dan untuk induknya ada di Cirebon. Dari sini, menyatukan perbedaan itu sangat penting dan perlu. Dan ini menjadi PR Badan kesbangpol Jateng untuk dapat merangkul semuanya,” jelas Haerudin, lebih lanjut.

Jadi Standar Bagi Siapapun

Sementara itu, Kasubdit 4 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Kelik menambahkan, bahwa meskipun banyak ormas di Jawa Tengah ini, namun harus dapat membawa visi yang sama yaitu perdaimaian serta menjadi satu NKRI. UUD 1945 dan Pancasila itu adalah harga mati pula menjadi standar bagi siapapun warga negara Indonesia.

“Dalam dialog kebangsaan sekarang ini, intinya kita akan berupaya menyatukan berbagai ormas yang ada. Marilah, meski kita beda tetap harus bersatu dan selalu jalin silaturahmi serta menjadikan ‘NKRI Harga Mati’,” pungkasnya.

Acara “Dialog Kebangsaan – Tentang Upaya Pencegahan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme Melalui Peran Ormas Keagamaan se Jateng” ini diikuti ratusan utusan dari masing-masing ormas keagamaan. Digelar di Hotel ‘Griya Persada’ Bandungan, Kabupaten Semarang. Nara sumber Prof Syamsul Maarif (Dosen UIN Walisongo Semarang), M Sofyan Sauri (mantan Napiter dari Jakarta), Haerudin (Kepala Badan Kesbangpol Jateng). Acara ini hasil kerjasama Ditintelkam Polda Jateng dengan Badan Kesbangpol Jawa Tengah. Disela acara, juga dilakukan Deklarasi Kebangsaan oleh semua ormas keagamaan di Jateng. ***

Pewarta : Heru Santoso.  

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version