Connect with us

POLKAM

Ken : Doktrin Teroris Catut  Ayat Alquran Motivasi Pelaku Bom Bunuh Diri

Published

on

KopiPagi | JAKARTA : Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengutuk keras aksi bom bunuh diri di depan gereja Katedral Makassar sebagai bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ken mengatakan, aksi bom bunuh diri dilakukan sengaja untuk memunculkan rasa takut di masyarakat. Namun ia mengingatkan agar masyarakat tak takut dan tak terpengaruh, terus bergerak melawan terorisme.

Mereka, lanjut Ken, pelaku bon bunuh diri itu telah belajar dengan guru yang salah, sehingga cara menafsirkan ayat jihad pun salah sehingga jihadnya salah. Mereka salah menafsirkan alquran surat albqarah ayat 207 yang bunyinya:

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah.”

Mereka para teroris dan pelaku bom bunuh diri adalah merasa menjadi manusia pilihan yang akan mendapatkan surga tanpa hisab bersama keluarga, mereka itu  taqlid buta kepada guru atau pimpinannya. Sehingga mau saja melakukan aksi bodoh tersebut.

Mereka juga salah dalam menafsirkan  AlQur’an Surat Al-An’am Ayat 162 yang berbunyi: “Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin”.

Adalah petikan doa iftitah yang mengandung arti “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Bacaan ini berasal dari Al Qur’an Surat Al-An’am Ayat 162 yang bermakna bahwa seluruh hidup manusia, bahkan kematiannya, adalah hanya untuk Allah semata.

Lalu kenapa yang melakukan bom bunuh diri bukan guru atau pemimpin mereka ?

Bagi pelaku radikal, guru atau pimpinan mereka adalah wakil Allah dimuka bumi, jadi perintahnya wajib ditaati seperti dalan ayat di Alquran surat Albaqarah ayat 285 yang berbunyi: “Sami’na Wa Atho’ na” artinya kami mendengar dan kami taat.

Jadi orang yang sudah bergabung dalan kelompok radikal seperti kerbau yang sudah di cokok hidungnya, sehingga mau saja melakukan apapun sesuai perintah pimpinan, termasuk melakukan aksi bom bunuh diri.

Ken berharap masyarakat agar belajar agama dengan paripurna kepada ahlinya. Kalau sudah ada indikasi anti pancasila dan berkeinginan mendirikan negara Islam atau khilafah harus diwaspadai.

Orang yang sudah terpapar radikal juga takfiri yang berciri intoleran, cenderung anti budaya kearifan lokal, senang melabeli kelompok di luar mereka bid’ah sesat dan kafir.

Terakhir Ken menjelaskan ciri-ciri orang yang sudah terpapar radikal adalah kecenderungan mereka lemah di bidang akhlak, perilaku, budi pekerti, mereka lebih menonjol pada hal-hal yang sifatnya ritual keagamaan, identitas keagamaan, tampilan luar keagamaan, sementara ahlaknya tidak mencerminkan orang yang beragama alias jahiliyyah.

Di medsos termasuk di group whatsapp,  orang yang terpapar radikal cenderung berisik, dalam komunikasi tidak mau mengalah, dan bila ada yang mengkritik mereka selalu dilabeli anti Islam dan komunis.

Masyarakat harus waspada dan jangan takut kepada mereka, lawan agar jangan sampai paham mereka menyebar di lingkungan kita. Demikian disampaikan Ken secara tertulis. *Kop.