Connect with us

REGIONAL

Terobosan Nelson : Masyarakat Kab Gorontalo, Kini Antusias untuk Divaksin

Published

on

GORONTALO | KopiPagi : Masyarakat Kabupaten Gorontalo yang tadinya sebagian besar masih untuk enggan untuk divaksin, kini sudah menyadari pentingnya vaksin Covid-19. Hal ini berkat kerja keras dari Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo dan jajarannya yang tanpa kenal lelah terus melakukan sosialisasi pentingnya vaksinasi.

“Masyarakat Kabupaten Gorontalo sekarang menyadari pentingnya vaksin. Dan sangat antusias terhadap program vaksinasi. Justru sekarang tantangannya adalah terkait dengan  kuota dosis vaksin dari pusat,” ujar Nelson kepada otonominews, kemarin. Banyak terobosan yang dilakukan Bupati Nelson dalam upaya menggenjot program vaksinasi.

“Saya memulai dengan vaksinasi terhadap guru-guru, lalu mulai membuka sekolah. Guru-guru ini juga menjadi jurkam-jurkam untuk kegiatan vaksinasi selain tenaga kesehatan (nakes),” tambahnya.

Peran tenaga kesehatan sebagai vaksinator di bawah komando Kepala Dinas Kesehatan Kab Gorontalo Roni Sampir tentu saja, tak bisa dikesampingkan.

Terlebih lagi para nakes ini adalah garda terdepan dalam upaya percepatan penanggulangan Covid-19.

Nelson juga mewajibkan semua siswa untuk vaksinasi, sekaligus mewajibkan  orangtua siswa untuk ikut divaksin. Kalau orang tuanya tidak vaksin maka siswa tidak boleh belajar secara tatap muka, hanya bisa belajar secara daring.

“Banyak siswa dan orangtua siswa yang ingin sekolah kembali secara tatap muka, sehingga siswa termotivasi,” katanya.

Berikut, Bupati Nelson juga membuat regulasi terkait pelayanan bantuan-bantuan. Yaitu bantuan sosial hanya diberikan kepada warga yang sudah divaksin. Kalau tidak divaksin tidak diberikan bantuan.

Kebijakan ini sempat menimbulkan kontroversi Bahkan dipolemikkan juga oleh wartawan, dengan menyebut bahwa tak ada hubungan vaksin dengan bantuan.

“Saya bilang ada hubungan, karena keduanya bantuan. Yaitu bantuan sembako, dan bantuan vaksin,” sebutnya.

Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo bikin terobosan, masyarakat pun antusias divaksin.

Dikatakan, bantuan sembako hanya dinikmati sementara, kok diterima. Vaksin untuk seumur hidup dia, untuk keselamatan dia dan orang lain kok tidak diterima.

Bupati Nelson menjelaskan, kalau bantuan sembako demi keselamatan dia sendiri, karena dia yang makan.

Tapi tidak melakukan vaksin, berarti dia tidak menyelamatkan diri sendiri dan tidak menyelamatkan orang lain.

Diingatkannya pula, hampir dua tahun ini kita Covid telah memporak porandakan kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya dan lainnya.

“Kalau begini modelnya, jika masyarakat tidak mau divaksin, memperlama Covid ini. Alhamdulillah, masyarakat mulai sadar. Tinggal kita memperkuat vaksinator,” ujarnya.

Vaksinasi kemudian dilaksanakan di desa-desa. Tidak di kecamatan. Alasannya, kalau dilaksanakan di desa kerumunan akan sedikit dibanding dibandingkan dilaksanakan di kecamatan.

“Lalu Nakes akan bekerja lebih baik, dibanding mengundang ribuan orang, membuat capai,” terangnya.

Tak hanya itu, Bupati Nelson juga membuat regulasi bagi kepala desa dengan memberikan target sejak bulan Agustus, 20 persen setiap pelaksanaan vaksinasi sehingga akhir tahun ini selesai program vaksinasi.

Untuk kepala desa yang memenuhi target, diberikan hadiah. Tapi kalau tidak, dihukum dengan menahan ADD (Alokasi Dana Desa), yaitu bantuan untuk desa yang berasal dari APBD Kabupaten. Sedangkan bantuan dari Pemerintah Pusat yaitu berupa Anggaran Desa (DD) tetap diberikan.

“Insya Allah pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Gorontalo ke-348 yang akan digelar pada 26 November 2021, para kepala desa yang berprestasi ini akan diberikan Award,” katanya.

Bupati Neslon menegaskan kepada rakyat, bahwa corona itu ada. Jangan sampai ada yang mengatakan tidak ada. Maka untuk melawan corona perlu dilakukan protokol kesehatan, lalu melaksanakan vaksinasi. Karena vaksin itu kekebalan, kalau kita vaksin maka semua akan kebal.

Selanjutnya, Bupati Nelson mengingatkan, jangan dengar hoax. Seluruh dunia presiden di vaksin, sampai kepala desa di vaksin, dan selanjutnya dokter.

“Dulu kita divaksin cacar, sampai satu minggu kata panas, semenara vaksin corona tidak terasa apa-apanya tidak percaya. Coba kalau dulu ada medsos, tidak ada yang mau di vaksin. Maka kita jadi bopeng semua, menakutkan. Sekarang sudah modern masih tidak percaya juga,” ucapnya.

“Kalaupun ada orang yang meninggal setelah divaksin, itu bukan karena vaksin, karena dia punya penyakit bawaan,” sambungnya. Otn/Kop.

Exit mobile version