Connect with us

PERISTIWA

Banten Masih Diguncang Gempa Susulan : Di Kec. Bayah Magnitudo 5,4

Published

on

JAKARTA | KopiPagi : Banten belum sepenuhnya tenang. Pasca gempa magnitude 6,6 pekan lalu, hingga kini masih terjadi gempa susulan. Teranyar hingga Senin (17/01/2022) pagi ini masih mengguncang Banten dengan magnitudo 5,4, pukul 07.25 WIB. BMKG melalui twitternya menginformasikan, pusat getaran gempa di 84 kilometer Barat Daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.

“#Gempa Mag:5.4, 17-Jan-22 07:25:56 WIB, Lok:7.60 LS, 105.90 BT (Pusat gempa berada di laut 84 km BaratDaya Bayah), Kedlmn:10 Km Dirasakan (MMI) II-III Cikembar, II-III Cireunghas, Kab. Sukabumi, II-III Pelabuhanratu, II-III Sumur, II-III Bogor #BMKG,” dilansir dari akun Twitter BMKG.

Getaran gempa dirasakan hingga beberapa wilayah di pantai selatan Jawa Barat yakni Sukabumi, Palabuhanratu. Gempa juga dirasakan di Bogor, Cikembar, Cirenugas, dan Sumur.

Belum ada laporan kerusakan dan korban akibat gempa. BMKG juga tidak mengeluarkan peringatan tsunami akibat gempa ini.

Sebelumnya, BMKG dalam jumpa pers Jum’at (14/01/2022) lalu menyampaikan, ada lima kali gempa susulan pasca gempa mengguncang Sumur, Banten.

“Hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak 5 kali,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Jumat (14/01/2022).

Diketahui, gempa susulan paling besar berkekuatan M 5,7.  “Dengan magnitudo terbesar M 5,7,” tambahnya.

Menurutnya, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini berjenis gempa bumi dangkal. Gempa diakibatkan aktivitas subduksi.

Potensi Gempa Megathrust 8,7 M

Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan segmen megathrust Selat Sunda merupakan salah satu zona seismik gap di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar, sehingga patut diwaspadai.

“Gempa Ujung Kulon, Banten kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya,” kata Daryono dalam pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Sabtu, dikutip Antara.

Dia mengatakan hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi, dengan kondisi ratusan tahun belum terjadi gempa besar di Selat Sunda patut diwaspadai, karena berada di antara dua lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami, yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 pada 2006 dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 pada 2007.

Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami, tercatat Tsunami Selat Sunda pada 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh gempa.

Letusan Gunung Krakatau

Kemudian, Tsunami pada 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan tsunami tahun 1851, 1883 dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

Daryono mengatakan gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa.

“Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi,” katanya.

Perlunya perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakusi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri. Selain itu, BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat, ujar Daryono. *Lip/Asr/Kop.