Published
3 tahun agoon
By
masteteJAKARTA | KopiPagi : Tidak terasa perjalanan karir Bens Leo sebagai pewarta musik sudah setengah abad, dan usia pengamat musik beken ini memasuki yang ke 69 tahun. Karenanya, dalam rangka memperingati hari ulang tahun yang ke 69 tahun sekaligus memperingati perjalanan karier yang ke 50 tahun, pengamat musik senior ini merilis buku bertajuk“Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik.
Seperti diketahui, Majalah Aktuil adalah sebuah nama majalah musik terdepan di Indonesia era 70-80 an. Majalah hiburan yang terbit di sekitar tahun 1970 berkat kerja keras sejumlah jurnalis beken antara lain Denny Sabri, Bob Avianto,dan Toto Rahardjo. Bens Leo sendiri baru bergabung di tahun 1971, setahun setelah Remy Sylado terlibat.
“Sejak tahun 1971, saya menjajal karier sebagai wartawan tulis bahkan juga merangkap sebagai fotografer. Beberapa foto untuk cover majalah Aktuil, saya juga yang mengabadikannya,” ujar Bens Leo kepada Dion Momongan dalam acara Nyosorr yang ditayangkan di channel YouTube Dion Momongan
Hasil karya tulis berikut foto yang dibuat Bens di majalah Aktuil itu pula, yang kemudian mengilhami lahirnya buku setebal 230 halaman, yang diterbitkan Museum Musik Indonesia* bersama Media Nusa Creative ini.
Jurnalis Penuh Jejak
Sebagai wartawan musik senior, perjalanan Bens Leo memang sulit ditandingi jurnalis seusianya. Ia mampu bertugas rangkap sebagai penyiar radio, master of ceremony, narasumber terpercaya, juri ahli dalam berbagai lomba nyanyi/band tingkat nasional dan internasional. Karena itu pula, sesungguhnya, banyak
Ada beberapa penerbit yang meminta Mas Bens untuk membuat buku berisi kisah pribadinya.
“Tapi saya merasa perjalanan saya belum layak dijadikan buku biografi, di samping saya tidak cukup waktu untuk menulis,” ungkap pria yang menikah dengan dokter ahli gizi dr. Pauline Endang Praptini MS, Sp.GK dan mempunyai satu anak Addo Gustaf ini,
Namun anehnya, ketika Hengki Herwanto, pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) membujuk Mas Bens menulis buku yang memuat kembali tulisan dan foto-fotonya sebagai wartawan musik Aktuil, Mas Bens tidak kuasa menolak. Apalagi, menurut Bens, Henky Herwanto, mengingatkan bahwa tahun 2021 ini, perjalanan karier jurnalistiknya pas memasuki angka bagus : 50 tahun!
“Di tengah itu, jejak jurnalisme Mas Bens masih ada, karena Mas Bens masih tetap aktif hingga hari ini,” kata Bens mengutip ucapan Henky sahabatnya.
Mendengar ide itu, Mas Bens merasa tertantang. Karena sangat jelas, isi buku akan berbeda dari sekedar sebuah kisah perjalanan hidup.
“Apalagi buku akan dipajang di Museum Musik Indonesia di Malang,” ujar Mas Bens.
Pada Maret 2021, di tengah kesibukannya sebagai juri terbang di Nusa Tenggara Timur, Mas Bens mulai merancang lebih lengkap isi bukunya.
Ia kemudian melibatkan rekan kerjanya, Nini Sunny yang pernah bersamanya menulis Buku Tembang Untuk Bangsa, Bahasa Musik SBY pada 2011.
Menurut Mas Bens, Nini Sunny pula yang memetakan perjalanan jurnalistik Bens, usai ia keluar dari Aktuil. Bens juga melibatkan banyak pihak untuk buku ini, diantaranya para fotografer antara lain, Indrawan Ibonk, Dudut Suhendra Putra, Muhamad Ihsan dan Dion Momongan.
Tiga Babak Bens Leo
Buku “Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik” terbagi dalam tiga “babak” besar.
Babak Pertama, memuat artikel hasil wawancara Bens Leo dengan para musisi, dan laporan hasil liputan Bens Leo saat jadi wartawan Aktuil perwakilan Jakarta. Terlihat pada artikel, pola menulis masih menggunakan ejaan Bahasa Indonesia lama, dengan paragraph yang sangat panjang.
Sementara era di luar Majalah Aktuil, artikel ditulis dengan paragraph pendek. Dan pembentukan kalimat yang lebih ringkas.
“Ini untuk membedakan gaya dari era penulisan Aktuil dengan era hari,” kata Nini Sunny.
Pada “babak” kedua buku ini termuat sebuah otobiografis dari Bens Leo.
“Seluruh aktivitas jurnalistik saya mulai dari Majalah Gadis dan Anita Cemerlang, kerja di Radio, menjadi juri, bahkan memasuki dunia media digital dengan mendirikan web berita www.xposeindonesia.com dan siaran via Instagram live, ditulis lengkap di sini. Saya termasuk wartawan yang berkarir di media cetak dan mampu terus aktif memasuki dunia media digital seperti sekarang,” kata pria kelahiran Pasuruan 8 Agustus 1952 ini.
Pada babak ketiga, buku termuat testimoni dari sahabat, kolega, dan para musisi Indonesia dari berbagai generasi.
“Khusus untuk sampul buku, saya memakai ilustrasi gambar karya Ernawan. Ini sebetulnya kado ulang tahun dari Ernawan untuk saya,” ujar Mas Bens.
Catatan Ferry Baldan & Dion Momongan
Buku “Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik” mulai terbit tanggal 29 September 2021, dicetak eksklusif hanya 500 buku.
Karena jumlah buku yang terbatas, Bens berinisiatif memberi nomor dan menandatangani buku yang sudah terjual dan buku yang telah dikirim untuk client dan para sahabat.
“Yang unik, ada buku yang sudah dibeli di MMI atau Shopee dikirim kembali ke saya, untuk minta ditandatangani dan diberi nomor, lalu dikirim lagi ke pembeli,” ungkap Mas Bens yang meyakini sudah banyak buku ‘Bens Leo dan Aktuil’ ini, yang tidak bernomor dan bertandatangan.
Buku Bens Leo bisa didapat dengan menghubungi nomer kontak 08113402929 (Henky) atau melalui Shopee.
Sementara itu, Politisi Ferry Mursyidan Baldan, menyebut, ”Buku Mas Bens, sangat menginspirasi dan bisa menyadarkan kaum jurnalis juga para musisi Indonesia tentang bagaimana kerja profesional seorang jurnalis!”
Sedangkan, pengamat musik Dion Momongan menyebut, Buku biografi Bens Leo sebagai sesuatu yang langka. “Mungkin ini satu satunya buku catatan perjalanan karier seorang jurnalis musik. Dan yang mau jadi wartawan musik boleh baca buku ini, apalagi yang sudah jadi wartawan!’ ujar Dion. *Byl/Kop.