Connect with us

REGIONAL

Hadiri Natal PDIP Sumut : Gubsu Ceritakan Kelehiran Yesus, Ini Ceritanya….

Published

on

PEMATANG SIANTAR | KopiPagi : Gubernur Sumatera Utara (Gubsu)  Edy Rahmayadi menghadiri acara perayaan Natal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Provinsi Sumatera Utara yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Kota Pematang Siantar dan Pulau Nias, Rabu (28-12-2022), sekira pukul 15.20 WIB.

Dalam kata sambutanya, Gubsu Edy Rahmayadi menceritakan kelahiran Nabi Isa (Yesus) melalui Tema:”Pulanglah Mereka ke negerinya melalui jalan lain.” (Matius 2:12) yang dibacanya sejak duduk di kursi tamu.

“Saya percaya semua yang hadir di acara Natal ini adalah orang-orang yang beriman. Sama dengan ‘Mereka’ yang datang melihat kelahiran Isa (Yesus) dan ‘Mereka’ harus pulang ke negerinya melalaui jalan lain. Sebab, jika pulang dari jalan mereka datang, akan dibunuh.” kata Edy Rahmayadi sambil meminta kepada Pendeta yang hadir jika salah penjelasan itu, supaya diperbaiki.

“Tapi saya yakin apa yang saya sampaikan benar. Sekalipun saya Muslim,” kata Edy.

Lebih lanjut, Edy Rahmayadi menceritakan, bahwa kelahiran Isa (Yesus), inilah yang paling menderita, sejak lahir hingga akhir hidupNya.

Terkait apa yang disampaikan Edy Rahmayadi, KopiPagi mencoba melansir GotQuestions.org yang membahas, Mengapa Yesus harus mengalami begitu banyak penderitaan?

Dalam Yesaya 52:14 menyatakan, “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia-begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”

Yesus amat menderita selama diadili, disiksa dan disalibkan (Matius pasal 27, Markus pasal 15, Lukas pasal 23, Yohanes pasal 19). Sengeri apapun penderitaanNya secara fisik, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan rohani yang harus dijalaniNya.

Melalui 2 Korintus 5:21, Paulus menyatakan, “ Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Yesus menanggung dosa seluruh dunia di atas diriNya (1 Yohanes 2:2).

Adalah dosa yang mengakibatkan Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46).

Jadi, sekeji apapun penderitaan fisik Yesus, itu tidak sebanding dengan penderitaanNya ketika harus menanggung dosa-dosa kita – dan mati bagi dosa-dosa kita (Roma 5:8).

Yesaya 53, khususnya ayat 3 dan 5 menubuatkan penderitaan Yesus, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. “ Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”

Mazmur 22:14-18 adalah bagian Alkitab lain yang menubuatkan penderitaan sang Mesias, “Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.”

Mengapa Yesus harus menderita separah itu?

Sebagian orang memikirkan bahwa penderitaan Yesus secara jasmaniah merupakan bagian dari hukuman yang ditanggungNya untuk dosa-dosa kita. Pada saat bersamaan, penganiayaan yang dialami oleh Yesus berbicara nyaring mengenai kebencian dan kekejian umat manusia daripada mengenai hukuman Allah untuk dosa.

Kebencian Iblis kepada Allah dan Yesus secara mutlak merupakan bagian dari motivasi di balik penganiayaan dan perlakuan semena-mena itu. Penderitaan Yesus menjadi contoh utama mengenai apa yang dirasakan oleh manusia yang berdosa terhadap Allah (Roma 3:10-18).

Terlepas dari kutipan ini, Gubsu Edy Rahmayadi menceritakan siapa Abraham.

“Abraham, adalah tokoh penting dalam Alkitab, juga Al-Qur’an. Dalam agama Islam, tokoh ini disebut “Ibrahim”. Dalam Kristen, Abrahaml,” kata Edy Rahmayadi.

Kata Edy Rahmayadi, Abraham dan Sara sudah menikah bertahun-tahun, namun tidak memiliki keturunan atau tidak hamil-hamil. Terkait dengan kondisi itu, Sara  ingin sekali punya anak. Jadi dia berkata kepada Abraham, ’Kalau Hagar pelayanku punya anak, anak itu akan jadi seperti anakku sendiri.’ Belakangan, Hagar punya anak laki-laki. Namanya Ismael.

“Atas kondisi ini, Abraham dan Sara jadi ribut bertahun-tahun. Kemudian, saat Abraham berumur 99 tahun dan Sara 89 tahun, ada tiga tamu yang datang. Abraham mengundang mereka beristirahat di bawah pohon dan makan. Apa kamu tahu siapa tiga tamu itu?

Mereka malaikat! Mereka berkata kepada Abraham, ’Tahun depan, pada waktu seperti ini, kamu dan istrimu akan punya anak laki-laki.’ Sara mendengarkan dari dalam tenda. Dia tertawa dan berpikir, ’Aku ini sudah tua, mana bisa aku punya anak.’

Tahun berikutnya, Sara melahirkan anak laki-laki, seperti janji malaikat. Abraham menamai dia Ishak, yang artinya ”Gelak Tawa”.

Sewaktu Ishak berumur kira-kira lima tahun, Sara melihat Ismael sering mengejek dia. Sara mau melindungi anaknya, jadi dia meminta Abraham mengusir Hagar dan Ismael. Awalnya, Abraham tidak mau. Tapi, Yehuwa juga mau melindungi Ishak. Jadi, Dia berkata kepada Abraham, ’Dengarkan Sara, karena janji-Ku akan ditepati melalui Ishak. Aku akan menjaga Ismael.’

Sara memegang Ishak ketika Hagar dan Ismael pergi. ”Karena beriman, Sara hamil, . . . karena dia yakin bahwa Allah yang memberikan janji itu setia.”

Terlepas dari ulasan itu, Edy Rahmayadi mengatakan, bahwa kita tidak perlu memperdebatkan lagi. “Kita semua keturunan Abraham, Ismail yang melahirkan Nabi Muhammad SAW dan keturunan Ishak yang melahirkan  Nabi Isa,”  ujar Gubsu Edy Rahmayadi.*Kop.

Editor : Nilson Pakpahan.

Exit mobile version