KopiPagi JAKARTA : Penangkapan buron kelas kakap Djoko Tjandra tidak ada kaitannya dengan bursa calon kapolri. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Presidium IPW (Indonesia Police Watch) Neta S Pane. Apa mungkin agar jauh panggang dari api kemudian IPW menyebut calon Tribrata Satu dan Dua berasal dari bintang dua ?
Tak dapat dipungkiri bahwasanya bursa kapolri pengganti Jenderal Idham Azis terus bergulir merujuk beberapa sosok jenderal bintang tiga dan dua. Namun lebih dominan jenderal bintang tiga. Karena sering dikaitkan hasil kinerjanya dengan bursa TB 1 maka tak heran bila mulai terasa “perang” ringan antar pengamat, pendukung dan simpatisan di media termasuk medsos. Begitu halnya perang dingin di antara para kandidat kapolri itu sendiri.
Seperti diketahui, tertangkapnya buronan koruptor Djoko S Tjandra atas perintah langsung Presiden Jokowi kepada Kapolri Jenderal Idham Azis. Kemudian Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit turun langsung dan atas kerja sama dengan Kepolisian Diraja Malaysia maka buronan ini dapat tertangkap. Dan perlu dicatat, dalam pusaran kasus ini ada tiga Pati Polri bintang satu dan dua ikut terseret. Bahkan, pengacara dan oknum jaksa ikut terbelit. Lalu prestasi gemilamg ini dikaitkan dengan pintu masuk menuju tampuk pimpinan di Trunojoya.
“IPW melihat, kasus Djoko Tjandra maupun penangkapan buronan kakap itu tidak ada kaitannya dengan bursa calon kapolri, apalagi pergantian kapolri masih lama,” kata Neta dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (02/08/2020) kemarin.
Sebab, lanjut dia, presiden tentunya punya kriteria sendiri tentang calon kapolri yang akan diangkatnya di masa depan.
”Bagaimana pun calon Kapolri yang akan diangkat presiden tentu melihat situasi aktual politik saat itu dan proyeksi situasi ke depan yang semuanya sangat tergantung pada insting politik Presiden maupun hak prerogatif Presiden,” ucap Neta.
Menurut Neta, ada saja pihak-pihak yang sengaja mengaitkan kasus Djoko Tjandra dengan dengan bursa calon Kapolri. Padahal hal itu tidak ada kaitannya dan situasinya jauh panggang dari api.
“Apalagi IPW mendapat informasi calon kapolri ke depan yang akan dipilih Presiden dari kalangan bintang dua dan proses suksesinya satu paket dengan calon wakapolri. Memang informasi yang diperoleh IPW ini kembali kepada situasi aktual dan menjadi hak prerogatif Presiden,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengatakan, sebaiknya masyarakat maupun pihak-pihak tertentu jangan berspekulasi dan mengaitkan kasus Djoko Tjandra dengan suksesi Kapolri, karena tidak ada kaitannya. Oleh sebab itu, semua pihak bersabar menunggu momentum yang akan terjadi, yang sepertinya akan dimulai Presiden dengan reshuffle kabinet, pergantian Panglima TNI dan suksesi Kapolri.
“Semua ini dinilai IPW akan dilakukan Presiden pasca-new normal agar pemerintahan ke depan semakin efektif dan stabilitas keamanan kondusif,” ungkap Neta.
Selain itu, kata dia, IPW juga memberi apresiasi kepada Kepolisian Diraja Malaysia yang sudah mau mendengar aspirasi rakyat Indonesia dan membantu penangkapan Djoko S Tjandra serta menyerahkan buronan kelas kakap itu kepada Polri.
Menurutnya, kerja sama yang ditunjukkan pihak Malaysia dengan Indonesia itu patut dicontoh Polri ke depan, khususnya NCB Interpol Polri dalam melakukan lobi ke negara-negara lain yang terdapat buronan koruptor bersembunyi di sana. Karena, perlu diingat masih ada 38 buronan NCB Interpol Polri di luar negeri.
“Artinya, kerja sama internasional pasca tertangkap Djoko Tjandra perlu dilanjutkan sehingga Polri bisa segera menangkap buronan lainnya seperti bos Gajah Tunggal Sjamsul Nursalim dan Itjih Nursalim yang saat ini diduga bersembunyi di Shanghai, China,” ujar Neta. Kop.