JAKARTA | KopiPagi : Indonesia Cinta Kamtibmas (ICK) meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meninjau ulang pola prosedur tetap (protap) pengamanan aksi demo di lapangan. Sebab, belakangan kerap terjadi kekerasan yang dialami para pendemo dari perlakuan oknum petugas yang tidak bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan pendemo.
Meski pimpinan Polri selalu membantah tidak ada anggota di lapangan bertindak kasar. Sebaliknya, pemandangan gaduh terjadinya kekerasan oleh oknum petugas sering mewarnani pemberitaan media massa.
Tidak bisa dipungkiri, sejumlah pendemo jadi bulan-bulanan perlakuan kasar petugas jika ada diantara mereka yang tertangkap.
Ditendang, dipukul pakai pentungan, diseret sambil terus ditonjok oleh sejumlah oknum jangan dianggap lumrah. Ada kesan, tatkala aksi demo sering berakhir rusuh jadi ajang adu jotos atau pelampiasan kekerasan dari oknum-oknum tertentu.
Memang diakui, petugas di lapangan lelah, capek sehingga mudah terpancing emosi.
“Tapi harus diingat, Polri adalah pengayom, pelindung masyarakat. Pendemo khususnya mahasiswa bukan musuh, tapi generasi muda harapan bangsa serta calon penerus pemimpin bangsa ke depan”, ujar Ketua Preseidium ICK Gardi Gazarin, SH dalam rilisnya, Kamis (14/10/2021).
ICK sangat menyayangkan terjadinya perlakuan kasar oleh oknum Polri terhadap seorang mahasiswa saat menggelar akai demo di halaman Kantor Bupati Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (13/10/2021).
Mahasiswa bernama Fariz universitas di Banten saat demo awalnya dipiting leher oleh seorang oknum lalu diseret dan dibanting sehingga mengalami kejang-kejang. Bahkan
sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Tangerang (HIMATA) ikut diamankan polisi di Polresta Tangerang Tigaraksa.
ICK mengingatkan Polri, terget disela pengamanan demo era pandemi harus tertib dan jangan ada kerumunan. Namun teknis penilaian mahasiswa itu bukan musuh atau penjahat. Mereka datang dengan membawa aspisrasi untuk disampaikan kepada pemerintah dengan harapan ada solusinya.
Pihak yang hendak ditemui sering tidak berkenan menerima kedatangan mereka sehingga para mahasiswa itu dihadapkan dengan para petugas keamanan.
ICK menilai pola pengamanan mengarah kekerasan sudah tidak layak lagi dipertontokan kepada masyarakat. “Karena itu, Kapolri Listyo Sigit segera meninjau ulang pola pengaman nasional aksi demo. Mereka bukan musuh yang harus diperlakukan secara kasar, mereka generasi muda harapan bangsa,” tegas Gardi Gazarin.
Insiden penyerangan fisik oknum polri dan mahasiswa tersebut oknum polri telah minta maaf dan korban sudah membaik fisiknya.
ICK berharap, tindakan sewenang-wenang dan berlebihan dari oknum di lapangan terhadap para pendemo tidak terulang lagi. Ada tahapan-tahapan preventif dan preemtif yang mestinya harus dilakukan petugas di lapangan dalam mengamankan aksi demo. Polri jangan mudah bertindak represif, tapi bisa menggunakan water canon untuk menghalang massa atau gas air mata untuk memecahkan konsentrasi massa.
ICK mencontohkan, pola pengaman an kondusif pernah dilakukan Polri sebelumnya dengan cara menurunkan tim pesona garis depan para Polwan ramah cantik untuk menyejukkan suasa dinilai cukup sukses. “Kenapa cara seperti itu sekarang tidak digunakan lagi. Mengapa harus dengan kekerasan,” ujar Gardi.
Tindakan oknum Polri di wilayah hukum polres metro Tangerang itu bisa menimbulkan nilai negatif dari pandangan mahasiswa terhadap aparat penegak hukum saat ini.
Sebab, trauma pengamanan demo masa Orde Baru belum terhapus bersih dari pikiran masyarakat hingga sekarang.
Selain itu, pimpinan Polri melakukan tes psikologi ulang terhadap anggota yang bertugas mengamankan aksi demo di lapangan. Sebab, bisa saja oknum petugas mengalami tekanan psikologi sehingga mereka tidak bisa mengendalikan emosinya saat berhadapan dengan gerakan semangat pendemo.
ICK mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit via Kapolda, Kapolres, Kapolsek dalam pengendalian Kamtibmas di mana pun jelang Pileg dan Pilpres 2024 hendaknya benar benar bisa terapkan tugas presisi d lapangan. Demikian memberikan sanksi tegas kepada para oknum yang bertindak di luar kewajaran saat melakukan pengamanan akai demo seperti yang terjadi di Tangerang. Jangan beralasan petugas hadapi demo sudah gampang lelah sehingga mudah terpancing emosi.
Itu tantangan pengabdian mulia jajaran aparat penegak hukum berseragam coklat dalam melayani Kamtimas. *Kop.