Beranda FOOD ESTATE Petani Lereng Talamau Usung Panen Raya dan Gerakan Petani Digital 4.0

Petani Lereng Talamau Usung Panen Raya dan Gerakan Petani Digital 4.0

575
0

PASBAR | KopiPagi : Petani lereng Talamau melaksanakan panen raya di tengah menghadapi kenaikan harga input pertanian, seperti naiknya pupuk dan pestisida yang meningkat tajam, hingga tidak berbanding lurus dengan harga output (padi) yang cenderung tetap.

Petani Lereng Talamau, tepatnya Kejorongan Mudiak Simpang, Nagari Persiapan Simpang Timbo Abu Kajai, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat yang merupakan salah satu wilayah sektor pertanian penghasil padi di Kecamatan Talamau, hari ini Kamis, (18/11/2021) mengadakan kegiatan yang bertajuk Panen Raya dan Gerakan Petani Digital 4.0.

Kegiatan panen raya tersebut selain dihadiri oleh  Subkoordinator Regulasi Ekonomi Digital Ditjen Aplikasi Infirmatika Kementrian Kominfo, Bahtiar Winarto dan Koordinator Padi Irigasi dan Rawa, Ditjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian, Rahmad serta Pakar Pertanian dan Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Widhi Netraning Pertiwi, juga terlihat hadir Kadis Kominfo Pasbar, Edi Murdani, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Talamau, Roni Eka Putra, SP. dan beberapa perangkat dan staf Pemerintahan Nagari Persiapan Simpang Timbo Abu Kajai, seperti Afdal Irwanto, S. Pd, Dalisman, S. Pd, Seprianti, S. Pd, serta Kelompok Tani, termasuk masyarakat Mudiak Simpang.

Salah seorang Petani di Lereng Talamau, Cipto mengaku puas dengan hasil panen kali ini, hal ini menurutnya dilihat dari hasil yang lebih baik dibandingkan dengan masa tanam sebelumnya.

“Ini lebih bagus dan hasilnya maksimal karena mayoritas padi banyak isinya,” jelas Cipto.

Sementara Ditjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian, Rahmad dalam sambutannya mengatakan, manfaatkanlah lahan seoptimal mungkin, dengan menyegerakan tanam setelah panen, “jangan biarkan lahan terlalu lama terlantar,” terangnya.

Ia pun mengapresiasi panen raya yang dilakukan karena pertanian masih menjadi sektor utama penopang perekonomian masyarakat Lereng Talamau ini.

Di sela kegiatan petani Lereng Talamau Panen raya tersebut juga dibuka sesi tanya jawab.

Pada kesempatan itu Kepala Jorong Mudiak Simpang, Simi juga menyampaikan keluhan dan kendala yang kerap dihadapi para petani Lereng Talamau yaitu tentang kelangkaan pupuk subsidi.

Dikatakannya, kelangkaan pupuk subsidi yang kadang membuat petani harus menunda penggarapan lahan setelah masa panen. Sebab, kalau padi sudah ditanam, tentu memerlukan pupuk. “Inilah salah satu kendala yang sering dikeluhkan petani,” ujarnya.

Sementara Ketua Kelompok Tani Jaya Utama, Mak Edi, selain mengeluhkan soal pupuk, ia juga mengatakan, seringnya petani mengalami kesulitan dalam pemasaran, terutama hortikultura.

Sebab menurut Mak Edi, petani di Lereng Talamau ini, selain menanam padi, juga penghasil ubi jalar yang patut diperhitungkan.

“Hanya saja, sulitnya pemasaran hingga kadang membuat petani gagal panen, seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu,” terangnya.

Dikatakannya lagi, kendala-kendala tersebut di atas memang selalu ada ditemui di lapangan. Apalagi di Nagari Persiapan Simpang Timbo Abu, 80% penduduknya berprofesi sebagai petani. Ketika hasil pertanian sulit untuk dijual, itu sangat berdampak pada roda perekonomian masyarakat.

“Semoga setelah ini ada jalan keluar untuk kendala yang selama ini kita hadapi. Bila petani tidak lagi khawatir soal kelangkaan pupuk dan pemasaran, tentu semangatnya dalam mengolah dan memanfaatkan lahan akan bertambah,” tutup ketua Kelompok Tani Jaya Utama.

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Talamau, Roni Eka Putra, SP. mengakui memang Kesulitan petani saat ini adalah, Kenaikan harga input pertanian, seperti pupuk dan pestisida yang meningkat tajam,

hingga tidak berbanding lurus dengan harga output (padi) yang cenderung tetap.

Keadaan ini kadang sangat menyulitkan petani, sehingga petani harus menyiasati keterbatasan ini.

Namun meskipun demikian ia mengapresiasi upaya yang telah dilakukan petani Lereng Talamau dengan adanya kelompok tani yang bisa mengembangkan kelembagaan dalam meningkatkan produksi yang bertujuan untuk kesejahteraan petani.

Dikatakannya, Usaha Kelompok Tani tersebut selama ini telah sesuai dengan himbauan Gubernur Sumatra Barat, yaitu agar petani memaksimalkan penggunaan pupuk organik.

Sedangkan permasalahan anjloknya harga menurutnya, petani harus menghindari panen yang disebabkan oleh sikap latahnya petani.

“Petani jangan berduyun-duyun menanam komoditi sejenis secara bersamaan apa lagi dengan luasan lahan yang cukup besar.

Seharusnya, petani bisa menyikapinya dengan mengikuti dan selalu mencatat tren harga komoditi tersebut dengan menerapkan pola pergantian tanaman,” tutup Roni Eka Putra. ***

Pewarta : Zoelnasti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here