Banyak Lembaga Ristek Dilebur, Mulyanto : Stop De-Habibienisasi

KopiPagi | JAKARTA : Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mensinyalir ada upaya De-Habibienisasi terkait perombakan kelembagaan Iptek belakangan ini.ย ย Mulyanto merasa banyak sekali peninggalan Habibie yang hilang.

“Saya mencatat akhir-akhir ini saja telah hilang atau segera dilebur kelembagaan Dewan Riset Nasional (DRN), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), LIPI, BATAN dan LAPAN. Sebelumnya telah dihapus Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), Dewan Standarisasi Nasional (DSN) serta dimuseumkannya N-250 Si Gatot Kaca,” papar Mulyanto kepada para wartawan, Jumat (07/05/2021).

Mulyanto menegaskan, negara tidak bisa begitu saja menghilangkan jejak pengembangan Iptek yang sudah dibangun susah payah oleh Begawan Teknologi BJ Habibie.

“Bangsa ini harus mengakui, Habibie berhasil membangun struktur pembangunan teknologi Iptek (techno-structure) yang kokoh dan bermanfaat di Indonesia. Pak Habibie berhasil membangun human-ware (SDM), technoware (peralatan), orgaware (kelembagaan) maupun infoware (jaringan) yang berujung pada beroperasinya Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS),” jelas Mulyanto.

Mulyanto menerangkan, BUMNIS ini merupakan wahana anak bangsa memproduksi peralatan Hankam dan sipil canggih mulai dari pesawat, kapal, tank, senjata, peledak, industri berat sampai elektronik.

“Pada posisi tertentu, bisa dibilang, BUMNIS sangat berperan membangun kekuatan pertahanan dan keamanan nasional,” terang Mulyanto.

Mulyanto menyatakan ide pengembangan Iptek Habibie sangat visioner di mana Habibie ingin membangun kedaulatan dan kemandirian bangsa di berbagai bidang, agar Indonesia tidak tergantung dan didikte oleh pihak asing.

“Apalagi Indonesia adalah Negara kepulauan, yang membutuhkan infrastruktur transportasi antar-pulau dalam rangka membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Jauh-jauh hari Habibie sudah mengibarkan upaya membangun keunggulan bersaing (competitive advantage) bangsa ini di samping terus mendayagunakan keunggulan SDA yang ada (comparative advantage),” ungkap Wakil Ketua F-PKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini.

Ketimbang terlena pada kelimpahan SDA yang suatu saat akan habis dan Indonesia terperangkap pada ‘kutukan SDA’, lanjut Mulyanto, beliau meletakan dasar bagi ekonomi berbasis Iptek (knowledge based economy).

“Tujuannya agar kita menjadi negara yang digerakkan oleh inovasi (Innovation Driven Country),” imbuh Mulyanto.

Politisi senior PKS ini menjelaskan, dulu mungkin banyak yang sinis dengan Habibienomic ini, namun sekarang World Economic Forum (WEF), dalam laporan tahunannya (Global Competitive Report) secara regular justru memantau daya saing atau keunggulan masing-masing Negara (entitas ekonomi) berdasarkan peringkat kemampuan inovasi mereka.

“Habibie mulai melalui pendekatan Negara, memperkuat kelembagaan Iptek Negara sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan Iptek, pertahanan dan ekonomi nasional, termasuk dengan dibangunnya Puspiptek di kawasan Serpong dan Cibinong, Bogor,” urai Habibie.

Mulyanto mengatakan, saat Indonesia jatuh krisis dan kita memanggil IMF serta menandatangani LoI (letter of intent), yang menjadi sasaran tembak pertama kali adalah program-program kedaulatan teknologi bangsa ini termasuk PT. IPTN (Industri pesawat terbang Nusantara).

Hari ini, tambah legislator asal Dapil Banten 3 ini, pemandangan yang nampak adalah SDM dan peralatan teknologi yang makin menua serta kelembagaan Iptek yang satu demi satu berguguran.

“Ini semua harus menjadi bahan renungan kita bersama dalam rangka membangun bangsa yang berdaulat, bangsa inovasi (innovation nation) ke depan,” tandas Mulyanto. Otn/Kop.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *