Beranda PENDIDIKAN & BUDAYA Para Guru di Pasbar Merasa Tertipu Ikut Seminar Nasional yang Digelar IMTC

Para Guru di Pasbar Merasa Tertipu Ikut Seminar Nasional yang Digelar IMTC

415
0
Foto bersama sesaat usai pembukaan Seminar Nasional berbayar

KopiPagi | PASBAR : Ternyata apa yang diragukan selama ini terkait seminar nasional yang diselenggarakan oleh Indonesia Millennial Teacher Center (IMTC) bekerja sama dengan PGRI di Pasaman Barat Sumatera Barat, tanggal 18-20 Maret 2021 lalu.

Kekecewaan itu bukan saja datang dari sejumlah guru tapi juga beberapa tokoh masyarakat, LSM merasakan hal yang sama. Untuk itu diharapkan kasus ini diusut tuntas agar para guru di belahan Indonesia lainnya tak menjadi korban penyelenggaraan Webinar Aplikasi Zoom yang hanya mengeruk keuntungan pribadi.

Sejumlah tokoh masyarakat, LSM meminta agar pihak aparat hukum mengusut kasus ini. Soalnya, sejumlah guru yang merupakan peserta Indonesia Millennial Teacher Center (IMTC) Pasaman Barat (Pasbar) merasa kecewa dengan kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 18-20 Maret 2021 tersebut.

Apa lagi di era pandemi saat ekonomi merosot di mana untuk memenuhi kebutuhan hidup saja saat ini memang sulit. Namun karena adanya tawaran untuk mengikuti seminar nasional melalui aplikasi zoom meeting walaupun berbayar (dengan merogoh kantong sendiri) dengan harapan mendapat penambahan ilmu sesuai dengan yang dijanjikan oleh panitia yakni untuk peningkatan mutu dan menambah wawasan guru dalam memberikan pembelajaran kepada anak didik di era daring saat ini, akhirnya para guru tergiur juga.

Setelah membayar dan mengikuti seminar nasional melalui aplikasi zoom meeting tersebut, ratusan mungkin ribuan guru yang terdiri dari Guru Taman Kanak- kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, merasa bahwa seminar nasional yang diselenggarakan oleh panitia yang bekerja sama dengan PGRI itu sia-sia dan diduga ada permainan bisnis dengan melakukan penawaran yang menggiurkan berupa penampilan life pemateri dari luar negeri (Firlandia). Tapi ternyata apa yang dijanjikan hanya sebuah pembohongan. Sebab, selain life pemateri tidak ada, hingga mereka tidak  mendapatkan ilmu apapun seperti apa yang dijanjikan dari kegiatan itu.

“Kami kecewa masalahnya, kami bayar dengan uang pribadi untuk ikut acara ini, sementara hasilnya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Katanya ini seminar tingkat nasional, ternyata pembohongan. Kami mohon pihak terkait mengusut panitia, soalnya berapa dana yang mereka himpun dari hasil menjual acara ini,” ujar beberapa guru yang kecewa kepada media ini beberapa waktu lalu.

Apa lagi di era kemerosotan ekonomi saat ini,  uang yang dirogoh secara pribadi untuk membayar agar bisa mengikuti seminar tersebut, terasa amat besar dan tak sebanding dengan apa yang didapatkan.

Ditambah lagi pengeluaran tak terduga untuk membeli kuota internet agar bisa mengikuti seminar secara daring itu, semua terbuang sia-sia, termasuk uang dan waktu.

“Apa yang dijanjikan di awal, tidak sesuai dengan kenyataan, bahkan pelaksanaan webinar, dengan narasumber yang disebutkan ada dari Firlandia, ternyata bohong, sebab hanya rekaman videonya yang ditampilkan yakni sebatas video belaka yang diputar ulang, bukan life atau memberikan materi secara langsung,” sesal salah seorang guru mewakili teman-temannya.

Bahkan dijanjikan juga, akan ada life narasumber dari Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Ganefri, ini juga pembohongan. Sebab, narasumber yang ditunggu-tunggu ini juga tidak dihadirkan, tapi diganti oleh orang lain yang tak memiliki bobot sesuai yang diharapkan, yakni hanya menyampaikan materi secara umum di mana TK hingga SMA, sama saja.

Menurut peserta, mereka juga mengeluhkan aplikasi zoom meeting yang sering eror dan buffering, hingga kekesalan dan kekecewaan mereka lengkap sudah, di mana seminar nasional berbayar yang diharapkan untuk menambah ilmu dan wawasan itu hanya isapan jempol belaka, alias hanya mengejar bisnis semata.

“Tapi apa boleh buat, acara sudah berlalu dan tak mungkin uang kami kembali. Kini hanya tinggal penyesalan, kami tak dapat berbuat banyak atas apa yang telah mereka dapatkan dari seminar nasional berbayar itu. Kami hanya kesal dan ingin sampaikan unek-unek, ingin curahkan keluh-kesah agar hal serupa tak terulang lagi. Biarlah kami yang menerima kenyataan seperti ini, jangan sampai kawan-kawan yang lain menjadi korban IMTC ini,” ungkapnya.

Saat media ini menghubungi pihak yang diajak bekerja sama seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pasaman Barat untuk ikut menyelenggarakan kegiatan seminar nasional berbayar ini juga mengaku kecewa.

Ketua PGRI Pasaman Barat, A. Maulana Lubis mengatakan, pihak IMTC tidak bertanggung jawab melaksanakan acara tersebut. Sebab, pelaksanaan webinar dengan narasumber yang dijanjikan untuk dihadirkan juga tidak sesuai. Bahkan, uang sewa untuk tempat pembukaan acara juga belum dibayarkan.

“Kami dari PGRI yang dinilai ikut andil dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, memang merasa terjebak dan PGRI malu atas apa yang telah dilakukan IMTC tersebut, tapi apa mau di kata,” ungkap Maulana.

Ketua PGRI Pasbar, Maulana berencana akan menghadap dan melaporkan hal yang sebenarnya apa yang terjadi kepada Bupati.

“Kami akan jelaskan kepada bupati secara detail, sampai keuangannya. Sebab, kami juga protes kepada IMTC sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan acara pelaksanaan webinar ini,” ujarnya.

Sementara Kepala Bagian (Kabag) Umum Sekretariat Daerah (Setda) Pasbar, Faisal juga membenarkan bahwa pihaknya hingga saat ini belum menerima pembayaran retribusi pemakaian gedung Balairung untuk acara IMTC tersebut.

“Kami juga meminta agar hal itu segera diselesaikan, sebab retribusi itu menyangkut PAD Pasaman Barat,” katanya.

Acara Webinar Hanya Modus

Sementara itu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Masyarakat Bersatu Pasaman Barat (AMB-PB) saat dihubungi terkait pelaksanaan webinar, seminar nasional berbayar yang diselenggarakan di Pasbar ini melalui Ketua LSM AMB-PB, Yuheldi, menyampaikan bahwa lukanya hati para guru yang mengikut seminar itu juga telah melukai semua elemen masyarakat yang ada di Pasaman Barat.

Menurutnya, terkait Seminar Nasional IMTC Pasbar, pada umumunya para peserta kecewa terutama keaslian materi wajib dipertanyakan. Sebab, pelaksanaan webinar yang katanya life tapi yang ditampilkan hanya sebatas rekaman, sementara kalau menyangkut dana, berapa keuntungan yang mereka peroleh, kita bisa kalkulasi.

“Harapan kita ke depan, jangan sampai kembali lagi IMTC menggelar acara serupa. Kita juga akan pertanyakan legalitas dan payung hukum mereka membuat acara tersebut. Jangan-jangan, ini modus mencari keuntungan,” ujar Yuheldi.

Sementara secara terpisah saat pihak penyelenggara berusaha dihubungi melalui WhatsApp, Founder IMTC Nasional, Herdinalsky melalui penasehat IMTC dan juru bicara, Syaiful Husen antara lain menjelaskan, mengapa narasumber atau pemateri dari Firlndia (luar negeri) yang dijanjikan tidak bisa dihadirkan, menururnya karena bayarannya tidak cocok dengan konstribusi jumlah peserta. Untuk vidio rekaman yang diputar itu saja bayarannya puluhan juta.

Demikian juga alasannya mengapa Rektor UNP, Prof. Ganefri tidak dapat hadir, karena menurutnya jadwal seminar bersamaan dengan jadwal wisuda di UNP.

“Makanya, Profesor Ganefri merekomendasikan wakil beliau sebagai pengganti untuk memberikan materi,” ujarnya kepada koranpagionline.com, Minggu (28/03/2021).

Sementara terkait jaringan yang tidak maksimal alias lelet, Syaiful mengatakan, karena memang beberapa lokasi di Pasbar sinyal internet kurang bagus, hingga penerimaan tidak maksimal demikian juga. untuk materi seminar memang tidak ada perbedaan yang diberikan kepada para guru, dalam hal ini tidak ada tingkatan.

“Untuk Jasa operator di setiap kabupaten dan kota sama jumlahnya. sedangkan pemakaian Balairung, karena peserta kurang dan tidak sesuai dengan rancangan awal yang diberikan Kadisdikbud, makanya IMTC bermohon kepada Wakil Bupati (Wabup), untuk dapat dispensasi dan itu sudah disetujui Wabup,” terang Syaiful. ***

 Pewarta : Zoelnasti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here