Beranda LIFE COVID-19: SEBUAH UJIAN KREATIFITAS BAGI GURU

COVID-19: SEBUAH UJIAN KREATIFITAS BAGI GURU

233
0

KopiOnline,- World Health Organization (WHO) telah menetapkan Corona Disease sebagai pandemi pada Maret lalu. Penetapan dari wabah menjadi pandemi ini didasarkan oleh persebaran virus secara geografi yang telah mencapai 114 negara.

Indonesia yang pada awalnya terlihat sepele dalam menanggapi virus yang dikenal dengan sebutan Covid-19 ini, kini tengah berjibaku menangani 1.790 jiwa yang terpapar positif Covid-19, 112 dinyatakan sembuh, dan 170 meninggal dunia sebagaimana data terbaru per hari ini (02/04/2020).

Seiring dengan kepanikan yang melanda negeri, dilansir BBC news pada 17 Maret 2020, beberapa sekolah di Pulau Jawa dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK memilih menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) dari jarak jauh, sebagaimana dikenal dengan pembelajaran daring. Perguran tinggi baik negeri maupun swasta juga turut menerapkan hal yang sama bagi mahasiswanya dikarenakan penyebaran virus Covid-19 mulai merata di setiap wilayah Indonesia.

Pemerintah dan sekolah tentunya telah memiliki rancangan kurikulum atau prosedur yang akan mereka laksanakan selama proses kegiatan belajar mengajar diadakan secara daring. Para guru diharapkan mampu lebih memaksimalkan kreatifitasnya untuk mentransfer ilmu kepada murid di masa-masa seperti saat ini.

Kemendikbud dengan cermat membaca situasi ini, melalui Platform Guru Berbagi untuk membantu guru melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring). Lebih lanjut, melalui laman guruberbagi.kemdikbud.go.id, guru dan para penggerak pendidikan dapat saling berbagi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan beragam inspirasi praktik pendidikan.

Dilansir dari Liputan6, Plt. Dirjen GTK, Supriano mengatakan bahwa laman guru berbagi tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif. Sehingga guru tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan walaupun secara daring.

Jika mengacu pada data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terdapat 171,17 juta pengguna intermet di Indonesia pada tahun 2018. Sebagaimana yang ditemukan pada data yang dilakukan oleh APJII bahwa usia 15-19 memiliki penetrasi paling tinggi dalam menggunakan internet, yakni 91%. Maka, sesungguhnya jika model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah dengan memaksimalkan aplikasi-aplikasi dengan internet, siswa tidak akan kesulitan untuk mengikutinya.

Demi memutus penuluran dan penyebaran Covid-19, menetapkan belajar di rumah dan melakukan pembelajaran secara daring adalah keputusan terbaik. Namun, muncul dua pertanyaan yang mendasar bagi pembelajaran jarak jauh hari ini:

Pertama, walau data menunjukkan bahawa anak usia sekolah 15-19 tahun memiliki penetrasi penggunaan internet sebanyak 91%, apakah pembelajaran daring ini akan maksimal?

Kedua, jika guru tidak memahami secara optimal konsep pembelajaran jarak jauh atau daring, apakah murid tidak akan kewalahan dengan menumpuknya tugas dari sekolah?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menyatakan bahwa tidak semua daerah punya akses smartphone, dan mengingat bahwa keadaan sekarang darurat, maka tidak semua pembelajaran akan optimal. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas sekolah, dan terutama guru. Pada saat sekarang guru tidak boleh hanya terpakupada pencapaian kurikulum saja, namun mengajarkan pendidikan kecapakan hidup juga coba untuk dieksplor sebagaimana juga yang disampaikan Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Harris Iskandar.

Lebih lanjut, Harris mencontohkan dalam pembelajaran biologi, guru dapat memberikan proyek eksploratif membuat hand sanitizer agar murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa Kemendikbud telah memiliki portal belajar daring, dan jika murid memiliki keterbatasan fasilitas, guru dapat terlebih dulu men-download-nya secara ofline yang kemudian dibagikan kepada murid. Pendidikan jarak jauh bukan hanya semata-mata tentang internet, namun bagaimana guru berupaya untuk kreatif dengan tidak hanya terpaku pada pencapaian kurikulum, dan pemberian tugas saja.

Jika guru belum memiliki pemahaman secara komprehensif terkait pembelajaran jarak jauh, maka guru akan memilih hanya memberikan tugas-tugas yang sebenarnya membuat siswa kewalahan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa mereka menerima banyak keluhanterkait pemberian tugas dari sekolah yang bertumpuk, dan akhirnya membuat murid stress dan kewalahan. Lebih jauh, KPAI menduga hal ini disebabkan oleh belum adanya pemahaman guru terkait pembelajaran jarak jauh. Oleh sebab itu, kreatifitas guru pada penguasaan teknologi, materi pembelajaran yang inovatif sangat diharapkan, yang sekaligus diuji pada situasi pembelajaran daring seperti saat ini.

Penulis ingat dengan slogan legendaris dari Ki Hajar Dewantara, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara seekan sudah bisa melihat probelmatika pendidikan di Indonesia jauh hingga hari ini. Maka, murid harus benar-benar belajar dengan maksimal dengan pendekatan dan metode kreatif yang digalangkan oleh guru, tentunya dengan tetap berada di rumah masing-masing, karena setiap rumah adalah lumbung tempat untuk belajar.

Tidak ada rotan akarpun jadi. Walaupun tidak belajar di ruang kelas, belajar di rumah saja pun tidak masalah. Bagaimanapun pembelajaran harus tetap dinyalakan, dan guru adalah pemegang obornya. ***
Oleh:Agi Julianto Martuah Purba

Penulis adalah Pemerhati Pendidikan, tinggal di Sumatera Utara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here