Beranda REGIONAL Air Gajah Mungkur Nyusut, Jembatan dan Kuburan Muncul Kembali

Air Gajah Mungkur Nyusut, Jembatan dan Kuburan Muncul Kembali

538
0

KopiOnline Wonogiiri,— Volume air di lahan genangan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jawa Tengah, terus menyusut seiring dengan musim ketigo (kemarau) yang berkepanjangan. Sementara musim Rendeng (penghujan) tidak jelas kapan menurunkan hujannya.

Kawasan genangan yang mengering itu menampakkan pemandangan sekaligus kenangan akan masa-masa ketika waduk itu belum dibangun. Ada jalan yang bisa dilintasi dan memperpendek jarak antara Eromoko—Baturetno.

Tak hanya itu, surutnya air waduk tersebut juga memperlihatkan lagi bekas perkampungan yang ditenggelamkan termasuk bekas kuburan. Bekas kuburan bisa ditemui di banyak lokasi genangan mulai dari Wuryantoro, Baturetno, hingga Nguntoronadi yang terkenal dengan sebutan Betal Lawas.

Pantauan Solopos.com di salah satu lokasi bekas makam di Kecamatan Wuryantoro, Sabtu (14/09/2019), lokasi makam itu cukup mudah dijangkau. Dari perempatan Pasar Wuryantoro masuk ke jalan samping pasar ke selatan.

Jalannya cukup lebar dan penuh batuan sisa aspal yang remuk. Sampai di sana, terdapat bekas jembatan sungai yang menjadi batas Kelurahan Wuryantoro dengan Desa Sumberejo sebelum waduk dibangun.

Sampai di ujung, pemandangan dasar waduk yang mengering menjelma menjadi hamparan lahan padi dan jagung yang menghijau. Di sela-sela pemandangan itu terlihat sumur-sumur bekas milik warga.

Semakin jauh masuk ke lahan genangan yang surut itu tampaklah bekas makam di Dusun Pondok, Kelurahan Wuryantoro. Saat itu, Pondok menjadi bagian dari Wuryantoro.

Kini, wilayah itu masuk ke Desa Sumberejo. Namun, proyek Waduk Gajah Mungkur menenggelamkan dusun itu. Setengah warganya ikut transmigrasi dan sisanya memilih bergeser 3 kilometer ke kampung sebelahnya.

Nama kampung itu Dusun Pondoksari, Desa Sumberejo, Wuryantoro. “Dulu simbah-simbah saya sempat dimakamkan di sana, tapi sama keluarga terus dipindah ke pemakaman baru sekitar 1 kilometer lebih dari lokasi makam ini. Pemindahan itu karena ada proyek waduk,” kenang Sudiyatmo, 52, warga Pondoksari, Sumberejo, Wuryantoro, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (14/09/2019).

Dia menerangkan bahwa di dekat permakaman Pondoksari masih ada beberapa makam lain yang berdekatan. Hal itu lantaran kawasan itu dulunya bekas perkampungan. Saat kemarau, makam itu biasanya muncul ke permukaan.

Kondisinya beragam ada yang masih utuh ada pula yang tinggal batu-batu nisan berserakan. “Sangat jarang ada keluarga yang ziarah ke sini. Mungkin sudah pada transmigrasi. Sebagian makam juga ada yang dipindahkan meski ada pula yang dibiarkan,” ujar Sudiyatmo.
Jembatan Pondok Miiki Sejarah Panjang

Tak kalah menariknya, tepat di selatan Pasar Wuryantoro, genangan Waduk Gajah Mungkur kini dalam kondisi surut. Warga memanfaatkan munculnya Jembatan Pondok untuk mencari ikan pada Rabu (12/0 /2019) pagi.

Sebuah jembatan yang berbatasan dengan kelurahan Wuryantoro dan Desa Sumberejo kini muncul kembali. Jembatan dengan panjang sekitar 20 meter mengalir sebuah sungai dengan lebar sekitar tiga meter. Sebuah jembatan yang akrab dikenal sebagai Jembatan Pondok telah lebih dari sebulan muncul kembali.

Di ujung jembatan, membentang tanah yang beberapa bagiannya merupakan sebuah desa dahulunya. Hamparan tanah yang merekah dapat dilalui untuk menuju Kecamatan Eromoko.

“Dahulunya di sini merupakan sebuah desa tapi sudah transimgrasi ke Sumatera,” ujar Darman warga desa setempat saat ditemui JIBI di lokasi pada Rabu (12/09/2019).

Ia menyebut, ketika musim penghujan air dapat mencapai ketinggian lima meter dari dasar jembatan. Beberapa warga asal Kecamatan Wuryantoro hingga di luar kecamatan memanfaatkan momen tahunan ini untuk mencari ikan dengan menjala.

Salah satu seorang warga Dusun Wuryantoro, Sukasdi, mengaku lebih cepat melalui jalan yang kini muncul kembali untuk menuju Kecamatan Eromoko.

“Lebih cepat hanya melalui jalan itu tidak sampai 30 menit dengan berjalan santai untuk menuju ke Wuryantoro atau Eromoko. Kalau anak muda pasti lebih cepat namun harus berhati-hati karena masih basah. Kalau lewat jalan yang biasanya lumayan jauh,” ujarnya.

Setiap sore, terdapat beberapa masyarakat yang mengabadikan momen ini. Pasalnya, hamparan luas sawah dan aliran sungai di bawah jembatan menjadi pemandangan yang memiliki kesan tersendiri.

Camat Wuryantoro, Purwadi Hardo Saputro, mengatakan Jembatan Pondok dapat dilalui untuk menuju Kecamatan Eromoko, tak hanya itu ia menyebut Jembatan Pondok memiliki sebuah sejarah yang panjang dan layak untuk bernostalgia di sana.

“Warga Wuryantoro yang ikut transmigrasi sudah rindu dengan kampung halaman yang ditinggalkan, pada puncak musim kemarau bisa dilakukan wisata napak tilas tanah leluhur bagi warga yang ikut transmigrasi,” ujarnya.

Ia menambahkan, napak tilas dilakukan dengan mengunjungi kampung halaman yang muncul kembali dan melakukan ziarah ke makam yang muncul kembali karena surutnya air. bns/kop
Sumber : bisnis.com

 

Jembatan Pondok di bawah Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang muncul kembali dan dilalui warga sekadar bernostalgia. Foto : Ist.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here